WELCOMETO MY BLOG

Selasa, 19 Maret 2013

Askep Perioperatif fraktur


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
            Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (resposisi) dan mengembalikan posisi itu selam masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup, pelat atau alat lain (osteosintesis) merupakan langkah yang ditempuh bila cara non operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainya dirasa kurang memuaskan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan seperti sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri untuk menyesuaikan bentuknya agar kembali seperti semula (remodeling/swapugar). Fiksasi bisa berupa fiksasi luar, fiksasi dalam, penggantian dengan prostesis dll. Contoh fiksasi luar adalah penggunaan pin baja yang di tusukan pada fragmen tulang untuk kemudian disatukan dengan batangan logam di luar kulit. Sedangkan fiksasi interna yang bisa dipakai berupa pen dalam sumsum tulang panjang atau plat dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan cara ini  adalah terjadi reposisi sempurna, tidak perlu dipasang gips serta bisa bergerak dengan segera. Namun mempunyai resiko infeksi tulang, Prostesis biasa digunakan untuk penderita patah tulang pada manula yang sukar menyambung kembali.
           
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba merumuskan suatu masalah yaitu bagaimana melakukan asuhan keperawatan perioperatif kepada An. W dengan kasus Fraktur Femur.
C.    Ruang lingkup
Permasalahan yang timbul pada bedah fraktur femur sangat luas, sehingga penulis mengambil judul “Asuhan Keperawatan Peri operatif Fraktur Femur pada An.W di instalasi bedah sentral RSUD Kebumen”



D.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatan ini adalalah untuk mengetashui bagaimana asuhan keperawatan perioperatif fraktur femur di RSUD Kebumen
2.      Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui asuhan keperawatan pre operatif Fraktur Femur
b.    Untuk Mengetahui asuhan keperawatan intra operasi Fraktur Femur
c.    Untuk mengetahui asuhan keperawatan post operasi Fraktur Femur

E.     Manfaat Penulisan
a.         Bagi individu
Dapat membandingkan teori yang di dapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan praktek di rumah sakit.
b.         Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan keperawatan peri operatif fraktur femur, membantu untuk mendukung pelaksanaan meningkatkan pelayanan operasi optimal .
c.         Bagi institusi STIKES
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada umumnya dan ilmu keperawatan pada khususnya.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   DEFINISI
Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
B.   FISIOLOGI / ANATOMI
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
C.  KLASIFIKASI
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1.      Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul
      dan Melalui kepala femur (capital fraktur)
·         Hanya di bawah kepala femur
·         Melalui leher dari femur
2.      Fraktur Ekstrakapsuler;
·         Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
            besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
·         Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2
             inci di  bawah trokhanter kecil.

D.  PATOFISIOLOGI

1.    Penyebab Fraktur Adalah Trauma
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses yaitu :
·         Osteoporosis Imperfekta
·         Osteoporosis
·         Penyakit metabolik

TRAUMA
Dibagi menjadi dua, yaitu :
Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
E. TANDA DAN GEJALA
·         Nyeri hebat di tempat fraktur
·         Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
·         Rotasi luar dari kaki lebih pendek
·         Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
F. PENATALAKSANAAN MEDIK
·         X.Ray
·         Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
·         Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
·         CCT kalau banyak kerusakan otot.

TRAKSI
Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas
untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI
Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :
·         Mengurangi nyeri akibat spasme otot
·         Memperbaiki dan mencegah deformitas
·         Immobilisasi
·         Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk  nyeri tulang sendi).
·         Mengencangkan pada perlekatannya.
MACAM - MACAM TRAKSI
Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.
Traksi Ekstension (Buck’s Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.
Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
Traksi Russell’s
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.
Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam,  di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang  atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.























KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.      Riwayat keperawatan
a.       Riwayat Perjalanan penyakit
·         Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
·         Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma
·         Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
·         Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
·         Kehilangan fungsi
·         Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
b.      Riwayat pengobatan sebelumnya
·         Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam jangka waktu lama
·         Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita
·         Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
·         Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
c.       Proses pertolongan pertama yang dilakukan
·         Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan
·         Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Mengidentifikasi tipe fraktur
b.      Inspeksi daerah mana yang terkena

-          Deformitas yang nampak jelas
-          Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
-          Laserasi
-          Perubahan warna kulit
-          Kehilangan fungsi daerah yang cidera


c.       Palpasi
·         Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
·         Krepitasi
·         Nadi, dingin
·         Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur


BAB III
TINJAUAN KASUS
A.    Biodata
Nama                    : An.W
Umur                    : 13 tahun
Alamat                 : kedaleman kulon puring
Ruang                   : teratai
Dx medis              : fraktur femu tertutup dextra
B.     Pengkajian tgl 14/11/2011
1.      Keluhan utama:
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan dan tidak bisa digerakan.
2.      Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien dengan post jatuh dari olahraga (volley). Ps sadar, mengeluh sakit pada kaki kanan, sakit sekali dan tidak bisa digerakan,Dalam pemeriksaaan ada tanda fungsiolesa, deformasi, bengkak dan terbalut spalk. Pernah dipijat 1 bln yang lalu ditempat yang sama     
3.      Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien blm pernah mengalami patah tulang(fraktur) sebelumnya, tidak mempunyai riwayat hipertensi ataupun DM
4.      Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yg mempunyai penyakit hipertensi ataupun DM
5.      Pemeriksaan fisik
KU                            : Cukup
Kesadaran                 : Composmentis
Tanda-tanda Vital
TD                 : 132/92 mmHg
S                    : 37 0 C
N                  : 102 x/mnt
R                   : 22 x/mnt
Head to toe:
Kepala           : bentuk mesochepal
Rambut        : rambut agak kotor
Mata            : anemis, sklera tak ikterik
Telinga         : tidak ada discharge
Hidung         :Hidung tidak ada discharge,
Gigi dan mulut : mukosa bibir kering, gigi agak kotor
Leher             : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada             : dinding dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Paru               : suara paru vesikuler,  wheezing, sonor diseluruh lapang paru
Jantung         : cor: reguler, gallop dan murmur tdk ada
Abdomen      : dinding perut datar, supel, tympani, bising usus 5x/mnt
Punggung      : tidak ada luka dekubitus atau yang lain
Genitalia       : jenis kelamin laki-laki
Anggota gerak atas : tidak ada fraktur, kedua tangan  mampu digerakkan
Anggota gerak bawah : tidak dapat digerakan,hasil radiologi terdapat fraktur femur
Turgor kulit : baik
6.      Data Penunjang
a.    Diagnosa medis: Fraktur femur tertutup dextra
b.  Hasil pemeriksaan radiologi         
-  Rontgen terdapat fraktur femur tertutup dextra          
c.  Hasil Laboratorium (14-11-2011)
Pemeriksaan
Hasil
Normal
Hb
RBC
HCT
10 g/dL
3.46 x 106 /uL
28.6 %
11.7 – 17.3
3.80 – 5.90
35.0 – 52.0
1.      PRE OPERASI
Analisa Data
NO
Data
Pathway
Etiologi
Masalah
1
 DS : Klien mengatakan kaki kanan nya sakit sekali, P: Nyeri bertambah ketika kaki digerakan ,nyeri berkurang saat diimobilisasi, Q: Nyeri seperti diiris, R: area femur, S: 8 , T: Saat digerakan sampai selesai diimobilisasi
DO: - ps terlihat meringis menahan nyeri, merintih, bengkak, px. rontgen fraktur femur dextra, RR: 22 x/mnt , TD:132/92 mmHg, S: 37o C ,N: 102 x/mnt
cedera jaringan kulit dan tulang

diskontinuitas tulang



proses inflamasi



menekan ujung syaraf bebas



nosiseptor



Nyeri akut
Diskontinuitas tulang
Nyeri akut


2.
 DS: Pasien mengatakan kaki kanan tidak bisa digerakan .
DO: dalam pemeriksaan didapatkan hasil adanya fungsialesa, deformitas, Px. Radiologi diperoleh hasil fraktur femur dextra, sudah terpasang spalk.
Kerusakan musculoskeletal

Mempersempit ruang gerak

Fungsialesa



Kelemahan fisik

Kerusakan musculo skeletal
Kelemahan fisik


Intervensi Keperawatan
NO
Diagnosa
Tujuan
Planing
1.
Nyeri akut b.d.Diskontinuitas tulang
NOC:
-    Tingkt kenyamanan
-    perilaku mengendalikn nyeri
-    Tingkt nyeri;jmlh nyeri yg dilaporkan atau ditunjukkn
-    Nyeri: efekmerusak: perilaku yg diamati/dilaporkan
Tujuan/Kriteria evaluasi:
-    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 pasien mampu mempertahankn tingkt nyeri pd skala 3
-    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 pasien menunjukkn nyeri: efek merusak dibuktikan dg indikator nilai 5 yaitu tidak ada gangguan ditunjukkn dari ekspresi nyeri lisan atau pada wajah,kegelisahan atau gangguan otot
 Pengkajian
-    Minta pasien untuk menilai nyeri/ketidaknyamanan pada skala 0-10 (0=tdk ada nyeri, 10= sangat nyeri)
-    Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan dn lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
-    Lakukan pengkajian nyeri yg komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frek, kualitas, intenistas/keprhn nyeri,faktor presipitasi
-    Observasi isyarat ktdknyamanan nonverbal,khususnya ps yg tdk mampu berkomunikasi scr verbal
-    Hadir di dpn ps dn klg untk memenuhi keb.rasa nyamn &aktivitas lain untuk membantu relaksasi
2.
Kelemahan fisik berhubungan dengan kerusakan muskulokeletal
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam kelemahan fisik dapat teratasi dengan criteria hasil:
-    kelemahan fisik tidak terjadi
Terapi ambulasi


1.      Persiapan pasien
Posisi pasien    : supinasi
Anestesi          : general anestesi
TD                   :132/92 mmHg
Nadi                : 102x/menit
RR                   : 22x/menit
Pemasangan    : bed side monitor
Waktu             : -
Operator          : Dr. Eko
Asisten            : Rini
Instrumen        : Fauzi
2.      Persiapan alat
Basic set
Jmlh
Alat tambahan
Jmlh
o   Gunting kassa
o   Gunting jaringan
o   Klem
o   Pinset anatomis (besar/kecil)
o   Pinset cirugis (besar/kecil)
o   Kocher
o   Dukklem
o   Nail fuder
o   Scuple (no 4)
o   Kom
o   Bengkok
1
1
10
2

2
4
5
2
2
2
2
o   Jas operasi
o   Handscoon
o   Duk besar
o   Duk sedang/sarung kaki
o   Canul suction
o   Selang suction
o   Kassa
o   Pisturi no. 22
o   Cutter
o   Benang: crumic 2/0, side 2/0, plain 2/0
o   Jarum: taper no: 24, cutting no 30
o   Set ORIF:
Bone klem
Reduction
Raspatorium
Kuret
Mata bor
Screw driver 3,5
Plate 1/3 tubuler 6 whole
4
4
3
1
1
1
5
1
1
1

1

2
2
1
1
1
1
1 set
3.      Penatalakasanaan/instrumen
No
Tindakan
Peralatan
1
Desinfeksi
Kom, betadin, alcohol, klempanjang, kassa
2
Drapping
Duk besar, duk lubang, duk klem
3
Menandai daerah sayatan
Pisau, klem, kassa
4
Melakukan sayatan pada kulit sampai otot
Pisau, kassa, klem arteri,
Pinset cirugis, gunting
5
Mempertahankan hemostatis
Kassa klem cutter, suction
6
Membersihkan area fraktur
Kuret
7
Reposisi fraktur menahan area fraktur
Raspatorium
8
Fiksasi fraktur
Bone klem, Raspatorium
9
Bor 6 whole area fraktur
Bor, mata bor
10
Memasang plate
Plate, screw driver
11
Mencuci daerah operasi
NaCL
12
Hecting otot
Plain 2/0, taper no 30
13
Hecting sub cutis
Chromic 2/0, taper no 24
14
Hecting kulit
Side 2/0, cuting no 30
15
Desinfeksi
 Kassa betadin
16
Balut luka
Kassa steril, kassa betadin dan hipafix

2.      INTRA OPERASI
ANALISA DATA
No
Waktu
Data Fokus
Etiologi
Masalah
1.
14.20
Subjektif :  -
Objektif :
-       Insisi ± 20 cm
-       Perdarahan ± 750 cc
-       TD    : 128/90 mmHg
-       Nadi : 78x/menit
-       RR   : 18x/menit
Perdarahan akibat pembedahan
Resiko syok hipovolemik

MASALAH KEPERAWATAN
Resiko syock hipovolomic b.d Perdarahan akibat pembedahan

RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
1.
Resiko syok hipovolomik b.d perdarahan akibat pembedahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama operasi 1x2 jam diharapkan syock hipovolomic tidak terjadi dengan kriteria hasil:
-     Tidak ada tanda – tanda syock hipovolemik (cyanosis)
-     TTV dalam batas normal (TD: 120/80-140/100, Nadi 60-90).
-      Monitor perdarahan pada daerah pembedahan setelah dilakukan insisi.
-      Ingatkan operator dan asiasten bila terjadi perdarahan hebat
-      Monitor vital sign tiap 5 menit
-      Monitor cairan yang melewati DC katheter
-      Memberikan cairan RL untuk resusitasi cairan
-      Memonitor  tanda-tanda syock hipovolemic.



3.      POST OPERASI
ANALISA DATA
No
Waktu
Data
Etiologi
Masalah
1.
Subjektif:  -
Objektif:
Pasien hanya tiduran saat dipindahkan, kaki belum dapat digerakan, kaki kanan terdapat luka post operasi pasien dipindahkan ke ruang RR dengan brankar.
Proses pemindahan brankar
Resiko tinggi cedera



MASALAH KEPERAWATAN
Resiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan brankar

RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan
Intevensi
1.
Resiko tinggi cedera b.d Proses pemindahan brankar.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan resiko cedera tidak terjadi.
Dengan kriteria hasil:
-      Tidak terjadi abserasi kulit karena pemindahan pasien.

-      Pasien dapat dipindahkan dengan aman dan nyaman.
-      Perhatikan posisi pasien
-      Mendekatkan bed di samping pasien
-      Melindungi organ vital pasien
-      Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada
-      Mengakat pasien secara bersamaan
-      Memberikan  penyangga di tempat tidur pasien.

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pada pre ditemukan masalah keperawatan nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan tulang dan hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal.
2.      Pada intra ditemukan masalah keperawatan resiko perdarahan b.d proses pembedahan.
3.      Pada post ditemukan masalah keperawatan resiko cedera b.d proses pemindahan pasien.

B.     Saran
1.      Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persiapan pre operasi benar-benar dipersiapkan secara maksimal, guna mencegah terjadinya komplikasi pembedahan.
2.      Pasien atau keluarga pasien yang sudah di operasi sebaiknya di beri pendidikan kesehatan terkait perawatan post operasi.
3.      Kerjasama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapinya model praktek keperawatan professional di ruang IBS.
























DAFTAR PUSTAKA

Donges Marilynn, E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer Suzanne, C. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC
Tucker, Susan Martin. 1993. Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3.          Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar