WELCOMETO MY BLOG

Kamis, 25 April 2013

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal/Chronic Kidney Desease


LANDASAN TEORITIS
GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

A.    Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irevesibel dimana kemampuan tubuh ginjal untuk mempertahankan metabolesme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia ( retensi urea dawn sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448).

B.     Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel dari berbagai penyebab :
1.      Infeksi : pielonefritis kronik.
2.      Penyakit peradangan : glomerulonefritis.
3.      Penyakit vaskular hipertensif : nefroskeloris benigna, nefrosklerosisi maligna, stenosis arteria renalis.
4.      Gangguan jaringan penyambung : lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5.      Gangguan kongenital dan herediter : penyakit ginjal polikistik dan asidosis tubulus ginjal.
6.      Penyakit metabolik : diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
7.      Nefropati toksik : penyalahgunaan analgesik dan nefropati timbal.
8.      Nefropati obstruktif : saluran kemih bagian atas (kalkuli, eoplasma, fibrosis retroperitoneal) dan saluran kemih bagian bawah (hipertrofi prostat, striktur uretra, anomali kongenital apada leher kandung kemih dan uretra).

C.    Patofisiologi
Ada dua pendekatan teoritis yang biasa dipakai untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada GGK. Sudut pandang tradisional mengatakan bahwa semua unit nefron telah terserang penyakit namun dalam stadium yang berbeda-beda, dan bagian-bagian spesifik dari nefron yang berkaitan dengan fungsi tertentu dapat saja benar-benar rusak atau berubah strukturnya. Pendekatan kedua dikenal dengan nama hipotesis Bricker atau hipotesis nefron yang utuh yang berpendapat bahwa bila nefron terserang penyakit, maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal. Uremia kan timbul bilamana jumlah nefron sudah sedemikian berkurang sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat dipertahankan lagi. Hipotesis nefron yang utuh ini paling berguna untuk menjelaskan pola adaptasi fungsional pada penyakit ginjal progresif, yaitu kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit tubuh kendatipun ada penuruna GFR yang nyata.
Meskipun penyakit ginjal kronik terus berlanjut, namun jumlah solut yang harus dieksresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostatis tidaklah berubah, kendati jumlah nefron yang bertugas malakukan fungsi tersebut sudah menurun secara progresif. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk malaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun dibawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya, kalau sekitar 75% massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban solut bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerulus tubulus tidak dapat lagi dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses ekskresi maupun proses konservasi solut dan air menjadi berkurang. Sedikit perubahan pada diet dapat mengubah keseimbangan yang rawan trsebut, karena makin rendah GFR semakin besar perubahan kecepatan ekskresi per nefron.

D.    Manifestasi Klinik
-       Gangguan pernapasan
-       Edema
-       Hipertensi
-       Anoreksia, nausea, vomitus
-       Stomatitis
-       Hematuria
-       Proteinuria
-       Pendarahan
-       Anemia
-       Turgor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit
-       Hiperkalemia
-       Asidosis metabolic

E.     Penatalaksanaan
1.      Dialysis
Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi. Gagal ginjal akut yang serius seperti hiperkelomia, perikarditis dan kejang perikarditis memperbaiki abnormal biokimia membantu penyembuhan luka dan menghilangkan kecenderungan perdarahan
2.      Penanganan hiperkelemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal kronik : hiprkelemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Hiperkelemia melalui serangkaian pameriksaan kadar elektrolit serum 5,5 mEg/L peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian sulfonat secara oral atau melalui retensi enema.
3.      Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan di dasarkan pada berat badan seharian, pengukuran tekanan vena sentral kosentrasi urin dan serum, cairan yang hilang. Tekanan darah dan status klinis pasien drainase lambung, feses, dan perspirasi di hitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.

F.     KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronik antara lain :
-       Hiperkalemia
-       Perikarditis
-       Hipertensi
-       Anemia
-       Penyakit tulang






ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK

A.    Pengkajian
1.      Identitas pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Tanggal pengkajian
No. Med. Rec
Diagnose Medis                : GGK ( gagal ginjal kronik )

2.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama
Biasanya badan tersa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia, hiperkelemia, anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis metabolik.
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien dengan GGK, memili riwayat hipertensi.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
GGK bukan merupakan penyakit keturunan, hanya tergantung pada pola hidup individu itu sendiri.
e.       Riwayat kesehatan lingkungan
Biasanya pasien sengan GGK memiliki lingkungan yang baik, tetapi tergantung dari pola hidupnya dilingkungan tersebut.
f.       Riwayat psikososial
Biasanya pasien dengan GGK memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar.
3.      Pola Kebutuhan Dasar Manusia, Menurut Gordon
a.       Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien dengan GGK mempunyai persepsi yang kurang baik terhadap kesehatannya. Dan biasanya pasien mengalami nyeri bersifat hilang timbul, lemah, mual dan terdapat udema.
b.      Pola-aktivitas latihan
Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan aktivitas, karena adanya kelemahan otot.
c.       Pola nutrisi metabolik
Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada pola nutrisi, yaitu mual, muntah, anoreksia yang disertai penurunan berat badan.
d.      Pola eliminasi
Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada eliminasi, mis : oliguria, diare/konstipasi, dan perut kambung.
e.       Pola tidur - istirahat
Biasanya padien dengan GGK, mengalami pola tidur.
f.       Pola kognitif – perseptual
Biasanya pasien dengan GGK, memiliki komunikasi yang baik dengan orang lain, pendengaran dan penglihatan baik dan tidak menggunakan alat bantu.
g.      Pola toleransi – koping stress
Biasanya pasien dengan GGK, dapat menerima keadaan penyakitnya.
h.      Persepsi diri / konsep diri
Biasanya pasien dengan GGK, tidak mengalami gangguan konsep diri.
i.        Pola seksual - reproduksi
Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada pola ini, sehubungan dengan kelemahan tubuh.
j.        Pola hubungan dan peran
Biasanya pasien dengan GGK, memiliki komunikasi dengan keluarga, perawat, dokter, dan lingkungan sekitar.

k.      Pola nilai dan keyakinan
Biasanya pasien dengan GGK, tidak mengalami gangguan dalam
pola nilai dan kayakinan.
 ASUHAN KEPARAWATAN

No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan disfungsi ginjal yang ditandai dengan :
DS : -
DO :
-       BB menurun
-       Terdapat udema pada ekstemitas
Volume cairan kembali normal setelah di berikan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil :
DS : -
DO :
-          BB kembali normal
-          Tidak ada udema
-          Catat pemasukan dan pengeluaran secara adekuat
-          Awasi berat jenis urin
-          Timbang berat badan dengan alat dan pakaian yang sama
-          Kaji kulit, wajah dan area udema
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
-          Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan
-          Mengukur kemampuan ginjal dalam mengkonsentrasi urin
-          Untuk pengawasan status cairan
-          Untuk mengidentivikasi akumulasi cairan lewat udema
-          Untuk mengatasi ketidak seimbangan volume cairan
2
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual, muntah dan anoreksia yang dintandai dengan :
DS : -
DO:
-          pasien tampak lemah
-          BB menurun
-          Mual, muntah
-          Anoreksia
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah diberikan tindakan keperawatan dengan criteria hasil :
DS : -
DO :
-          pasien tampak kuat
-          BB kembali normal
-          Tidak ada riwayat mual, muntah
-          Napsu makan meningkat
-          Kaji dan catat pemasukan makanan
-          Berikan porsi makan sedikit tapi sering
-          Berikan orang terdekat daftar makanan yang diizinkan
-          Timbang BB pasien
-          Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi

-          Membantu dalam mengidentivikasi kebutuhan makanan pasien
-          Meminimalkan mual, muntah dan anoreksia
-          Memberikan pasien tindakan control dalam pembatasan diit. Makanan dari rumah dapat meningkatkan napsu makan.
-          Dapat menunjukan perubahan kebutuhan nutrisi
-          Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi  dalam pembatasan serta menentukan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama, volume sekuncup. di tandai  dengan :
DS : -
DO:
-          TTV tidak normal
Mempertahankan curah jantung setelah diberikan tindakan perawatan dengan kriteria hasil :
DS : -
DO :
-          TTV kembali normal
-          Awasi tekanan darah dan frekuensi jantung
-          Kaji warna kulit, membran mukosa dan kuku
-          Perhatikan tirah baring, dorong untuk intirahat dan bantu aktivitas yang diinginkan pasien
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk memperbaiki curah jantung
-          Kelebihan volume cairan disertai dengan hipertensi meningkatkan kerja jantung dan dapar terjadi gagal jantung
-          Pucat, seanosis, berhubungan dengan gagal jantung
-          Menurunkan konsumsi oksigen dan kerja jantung
-          Pemberian obat dapat memperbaiki curah jantung
4
Keletihan sehubungan dengan penurunan produksi energy yang ditandai dengan :
DS : -
DO :
-          ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas
Keletihan pasien dapat teratasi setelah diberikan tindakan perawatan dengan criteria hasil :
DS : -
DO :
-          pasien mampu melakukan aktivitas
-          evaluasi laporan keletihan, kesulitan melaksanakan tugas
-          rencanakan periode istirahat yang adekuat
-          berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari
-          awasi kadar elektrolit termasuk kalsium, magnesium dan kalium
-          menentukan derajat dari efek ketidakmampuan
-          mencegah keletihan berlebihan dan menyimpan energy untuk penyembuhan
-          memungkinkan berlanjutnya ektivitas dan memberikan keamanan bagi pasien
-          ketidakseimbangan dapat mengganggu neuro muscular yang memerlukan peningkatan penggunaan energy untuk menyelesaikan tugas dan potensial rasa lelah.

Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)


LANDASAN   TEORITIS

A.    Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di kandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi urin, termasuk pula berbagai infeksi disaluran kemih yang tidak hanya mengenai kandung kemih (protatitis uretritis).

B.     Etiologi
Biasanya bakteri enteric, terutama Escherichia coli pada wanita. Gejala bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di rumah sakit, 30 – 40% disebabkan proteus, stapilokok, dan bahkan pseudomonas. Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainan salauran kemih. Namun harus dip[erhitungkan kemungkinan kontaminasi jika ditemukan lebih dari satu organisme. Selain itu terdapat factor-faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya ISK yaitu :
1.      Bendungan aliran urin : anomaly congenital, batu saluran kemih, oklusi ureter (sebagian atau total).
2.      Refluks Vesikoureter
3.      Urin sisa dalam buli-buli karena hipertropi prostate
4.      Penyakit metabolic (diabetes, gout, batu)
5.      Peralatan kedokteran (terutama kateter tinggal)
6.      Kehamilan
7.      Jenis kelamin
8.      Penyalahgunaan analgesic secara kronik
9.      Penyakit ginjal
10.  Personal Hygiene

C.    Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui; penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen, eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter, atau sistoskopi. Dua jalur utama terjadinya ISK ialah, hematogen dan asending, tetapi dari dua cara ini asendinglah yang paling sering terjadi.
1.      Infeksi Hematogen
Infeksi Hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bias juga timbul akibat focus infeksi di salah satu tempat.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu jarang ada infeksi hematogen E.coli.
2.      Infeksi Asending
a.       Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorgaqnisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti, basil difteroid, streptokokus. Disamping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuteral dan vestibula vaginalis juga banyak dihuni bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut.
Karena peran factor predisposisi, maka kolonisasi basil koliform pada wanita didaerah tersebut diduga karena:
-          Adanya perubahan flora normal di daerah perineum
-          Berkurangnya antibody local.
b.      Masuknya mokroorganisme dalam kandung kemih.
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan jelas. Beberapa factor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah:
v  Faktor Anatomi
Kenyataan bahwa ISK banyak pada wanita daripada alaki-laki, hal ini disebabkan oleh:
-      Uretra wanita lebih pendek terletak lebih dekat pada anus
-          Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostate dikenal sebagai anti bakteri yang sangat kuat

v  Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluaran urin
v  Faktor lain, misalnya:
Kebersihan alat kelamin bagian luar.
c.       Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari elvis ke korteks karena refluks intrareral. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal.
Valvulo vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena:
-          Edema mukosa ureter akibat infeksi
-          Tumor pada kandung kemih dan penebalan dindidng kandung kemih.

D.    Manifestasi klinis
Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Polakisuri terjadi akibat kandung kemih tidak dapat manampung urin lebih dari 500 ml karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Nokturia ialah cenderung sering kencing pada malam hari akibat kapasitas kandung kemih menurun.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut :
a.       Pada ISK bagian bawah
Jika di ueretra, tanda-tanda infeksi akan muncul, vasokonstriksi, vasodilatasi pada tempat peradangan kemerahan, peningkatan permeabilitas dinding terjadi, bengkak, perembesan protein.
Pada fesika urinary, gejala yang nampak yaitu nyeri karena system persarafan terganggu, nyeri abdomen sampai kebelakang, nokturia, nanah. Keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau panas di uetra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit, serta rasa tidak enak di daerah suprapubik. 
b.      Pada ISK bagian atas
Pada ISK bagian atas (pielonefritis) dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual muntah, anoreksia, demam, menggigil, nyeri pinggang, kekakuan abdomen, output urin menurun.
Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak menyenengkan atau keruh dan mungkin kematuran.




E.     Penatalaksanaan
  1. Secara umum tujuan terapi ISKadalah menghilangkan gejala dengan cepat, mengeradikasi kuman patogen, meminimalisasi rekurensi dan mengurangi morbiditas serta mortilitas. Tujuan itu dapat tercapai dengan pemberian antibiotik sambil mencari penyebab.
  2. Penatalaksanaan ISK pada lansia harus dilakukan sedini mungkin agar progresifitasnya tidak berlanjut. Dalam memilih antibiotik harus diperhatikan bebrapa hal yaitu efek samping (terutama pada ginjal), harga, resistensi, kepatuhan (complience), dan interaksi obat. Mengingat adanya penyakit komorboid yang munkin juga diderita oleh pasien, maka kita perlu mencari tahu obat-obat apa saja yang sedang dikonsumsi oleh pasien, lalu menganalisis apakah obat ISK yang kita berikan akan berinteraksi dengan obat-obatan tersebut.
  3. Antibiotik yang umum digunakan untuk menobati ISK tidak berkomplikasi pada lansia adalah trimethroprim/sulfamethoxazol (TMP/SMX), fluorokuinolon, fosfomisin, dan nitrofurantoin.
  4. TMP/SMX telah menjadi obat lini pertama pada ISK non komplikata karena mapu membunuh banyak jenis mikroorganisme, kecuali enterococcus. Kelebihan lain dalah TMP/SMX tersedia dalam bentuk sirup sehingga cocok digunakan pada lansia yang mempunyai kesulitan menelan. Akan tetapi sekarang sudah mulai tampak kecenderungan resistensi TMP/SMX pada E. Coli
  5. Flurokuinolon sedikit demi sedikit mulai menggeser TMP/SMX karena tolerabilitas dan compliencenya lebih baik. Antibiotik ini bisa digunakan pada gram negatif dan positif tetapi lebih efektif pada gram negatif. Kadar kreatinin clearence perlu dipantau bila kita memutuskan memberi fluorokuinolon. Bila creatinin clearence kurang dari 0.5 ml/detik, dosis dikurangi.
  6. Fosfomisisn diberika dalam dosis tunggal sehingga compliance pasien lebih baik. Fosfomisisn efektif pada gramnegatif tapi kurang pada gram positif. Harganya cukup mahal.
  7. Nitrofurantoin tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, yaitu kreatinin klerens kurang dari 0.67 ml/detik. Sayang sudah tidak tersedia lagi dipasaran.
  8. Kaum lansia lebih rentan terhadap[ efek samping dan toksisitas antibiotik. Hal itu dikarenakan menurunnya fungsi metabolisme dan ekskresi. Akibatnya,kadar obat dalam serum tinggi dan berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal. Oleh karena itu batas keamanan obat pada lansia sepit, pemilihan antibiotik harus berhati-hati dengan mempertimbangkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi(kadar albumin), dan efek samping.
  9. Di samping obat-obatan, terapi nonfarmakologi harus diterapkan. Sayangnya langkah itu sering dilupakan, terapi nonfarmakologi mencakup nutrisi dan imobilisasi. Asupan makanan dan cairan perlu disesuaikan hingga optimal sesuai kemampuan penderita. Kita perlu mengusahakan agar makanan yang diberikan habis dimakan, dan pasien tidak boleh diimobilisasi terlalu lam untuk mencegah dekubitus.
  10. Dengan adanya diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat, semoga tidak ada lagi kasus ISK.
F. Macam ISK
  1. ISK Primer
Berdasarkan adanya gejala sistemik, ISK Primer dibagi menjadi 2 :
·         ISK Lokal, diterapi dengan antibiotika lokal.
·         ISK dengan gejala sistemik, diterapi dengan antibiotika sistemik. Antibiotika yang sering di gunakan yaitu amiksisilin. (wikipedia Indonesia).
  1. ISK Sekunder
ISK ini merupakan akibat dari penyakit atau kelainan yang lain. ISK berulang merupakan pertanda dari ISK sekunder, karena penanganan yang tidak tepat. Penatalaksanaan ISK sekunder sesuai dengan penyebab ISK tersebut. Penyebab ISK Sekunder penyebabnya adalah obstruksi saluran kemih (seperti batu saluran kemih, pembesaran prostat, dan striktur uretra).
1)                  Uretritis (uretra)
2)                  Sistisis (kandung kemih)
3)                  Pielonefritis (ginjal)

            Gambaran Klinis :
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1)                  Mukosa memerah dan oedema.
2)                  Terdapat cairan eksudat yang purulent
3)                  Ada ulserasi pada urethra
4)                  Adanya rasa gatal yang menggelitik
5)                  Good morning sign.
6)                  Adanya nanah awal miksi.
7)                  Nyeri pada saat miksi.
8)                  Kesulitan untuk memulai miksi.
9)                  Nyeri pada abdomen bagian bawah.
Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
1)                  Disuria (nyeri waktu berkemih)
2)                   Peningkatan frekuensi berkemih
3)                  Perasaan ingin berkemih
4)                   Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5)                  Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6)                  Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
1)                  Demam
2)                  Menggigil
3)                  Nyeri pinggang
4)                  Disuria
G. Komplikasi

1)                  Pembentukan Abses ginjal atau perirenal.
2)                  Gagal ginjal

H. Pemeriksaan diagnostic

1.                  Urinalisis
a)   Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
b)   Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

2.                  Bakteriologis
a)   Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
b)   Biakan bakteri

3.                  Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
4.                  Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5.                  Metode tes
a)   Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b)   Tes Penyakit simplek).
c)   Tes- tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.














ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS KLIEN
Nama                   :
Umur                   :
Jenis kelamin       :
Suku bangsa        :
Pekerjaan             :
Pendidikan          :
Alamat                 :
Tanggal MRS      :
Diagnosa medis   :

II. RIWAYAT KESEHATAN
a.       Keluhan utama :

·         Disuria
·         Poliuria
·         Nyeri
·         Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.
b.      Riwayat penyakit sekarang

Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli kedalam kolon.

c.       Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit ISK

d.      Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

e.       Riwayat psikososial dan spiritual

Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan dalam beribadat karena klien lemah.

A.    Kebutuhan Dasar Manusia (Gordon)
a.       Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani penyakitnya.


b.      Aktifitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang dialami. Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.

c.       Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena nyeri yang dialami
d.      Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
e.       Eliminasi
Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar.
f.       Kognitif Perseptual.
Daya ingat pasien ISK kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.
g.      Konsep Diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak mengalami gangguan konsep diri.
h.      Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta pertolongan orang lain.
i.        Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kelamin. Kebanyakan pasien tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan tubuh
j.        Pola peran Hubungan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.

B. Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan Umum

Didapatkan klien tampak lemah

2.      Tingkat Kesadaran

Normal GCS 4-5-6

3.      Sistem Respirasi

Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit

4.      Sistem Kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah

5.      Sistem Integumen

Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.

6.      Sistem Gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.

7.      Sistem Muskuloskeletal.

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

8.      Sistem Abdomen

Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.






No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Infeksi berhubungan dengan masuknya kuman ke kandung kemih. Ditandai dengan:
DS    :   pasien mengeluh nyeri
DO :    - wajah meringis
            - adanya tanda-tanda infeksi

Tidak terjadinya infeksi setelah diberikan tindakan keperawatan ditandai dengan:
Tidak ada nyeri dan tanda-tanda infeksi
-      kaji TTV
-      catat karakteristik urine
-      tampung urine mid sternum
-      anjurkan mandi menggunakan sabun anti bakteri
-      hindari mandi rendam
-      kolaborasi untuk pemberian antibiotic 3-5 hari parenteral dan obat penurun panas.

-      mengetahui tanda-tanda infeksi
-      untuk mengetahui adanya kuman penyebab
-      menghindari penyebaran infeksi
-      membantu menghilangkan infeksi dan menurunkan panas
2
Nyeri berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Ditandai dengan:
DS : Pasien mengeluh nyeri seperti  terbakar waktu buang air kecil, mengeluh nyeri pada daerah pinggul
DO  :   Ekspresi wajah meringis
Tidak adanya nyeri .
Dengan criteria hasil:
DS : Tidak ada keluhan nyeri waktu BAK dan tidak ada nyeri pada daerah pinggul
DO : Ekspresi wajah rileks
-      kajih sifat, intensitas, lokasi, lamanya dan factor pencetus serta penurun nyeri
-      pantau urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam serta hasil urinalisis ulang.
-      mengetahui keadaan pasien untuk melaksanakan tindakan selanjutnya
-      untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
3
Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan nokturia) yang  berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Ditandai dengan:
DS :  - Pasien mengeluh sering BAK,
             - adanya nokturia,   disuria
Pasien dapat berkemih sesuai pola eliminasi yang mendekati normal. Dengan criteria hasil:
DS :  tidak ada kelihan
DO : tidak ada nokturia
-      berikan kenyamanan non farmakologis : Bantu pasien mengambil posisi yang nyaman
-      kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

-      berikan antibiotic
-      anjurkan pasien untuk meningkatkan masukan cairan peroral untuk mengencerkan urine.
-      Kaji haluan urine


-      Ukur dan catat haluan urine setiap kali berkemih
-      Bantu pasien ke kamar kecil dan memakai pispot atau urinal
-      Palpasi kandung kemih setiap 4 jam
-      Menghindari minum 2-3 jam sebelum tidur dan anjurkan untuk berkemih sebelum tidur.

-      Diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri

-      Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri
-      Pemberian antibiotic
-      Akibat haluan urine memudahkan berkemih sering dan memantuh salurean kemih

-      Untuk mengetahui perkembangan kesehatan pasien

-      Mengawasi ketelitian pengosongan kandung kemih
-      Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan
-      Mengetahui adanya distensi

-      Menghindari nokturia sehingga pasien dapat tidur secara maksimal
4
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan invasi kuman ke dalam tubuh. Ditandai dengan :
DS :  Pasien mengatakan bahwa badan terasa panas
DO :    Suhu badan meningkat
Suhu tubuh kembali normal dengan criteria hasil
DS :   Pasien mengatakan badan tidak terasa panas
DO :    Suhu tubuh kembali normal
-      Kaji tanda-tanda vital

-      Beri kompres air hangat



-      Anjurkan pasien untuk minum air


-      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti pireutik
-      Mengetahui keadaan umum pasien
-      Dapat membantu fasodilatasi pembuluh darah sehingga mempermudah terjadinya penguapan tubuh
-      Diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh pasien dan memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
-      Antipireutik dapatb membantu menurunkan suhu tubuh.
5
Perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah. Ditandai dengan :
DS : Anoreksia
DO : Porsi makan tidak dihabiskan
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan criteria:
DS :    Adanya nafsu makan
DO : Porsi makan dihabiskan, tidak ada mual dan muntah
-      Kaji frekuansi makan pasien perhari
-      Timbang berat badan

-      Beri makan porsi sedikit tapi sering
-      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetika
-      Anjurkan keluarga membawa makanan yang disukai pasien
-      Mengetahui perkembangan asukan nutrisi
-      Mengetahui perkembangan status nutrisi pasien
-      Usaha untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh
-      Membantu meningkatkan nafsu makan pasien
6
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri dan kelemahan fisik:
DS : pasien mengatakan nyeri saat bergerak
DO : pergerakan terbatas kelemahan fisik
Pasien dapat melakukan aktifitas. Dengan criteria hasil:
DS : Pasien mengatakan dapat bergerak dan melakukan aktifitas
DO :     Pasien dapat beraktifitas secara mandiri
-      Kaji tingkat kemampuan dalam melakukan aktifitas

-      Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
-      Latih pasien dalam melakukan aktifitas secara mandiri
-      Mengetahui tingkat kemampuan pasien dalam melaksanakan aktifitas
-      Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
-      Meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas
7
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit ISK. Ditandai dengan :
DS :  Pasien bertanya tentang penyakitnya
DO :     Pasien gelisah, mekanisme koping menurun
Ansietas berkurang. Dengan criteria hasil:
DS : pasien menyatakan pengetahuan yang akurat tentang penyakitnya
DO : Pasien tampak rileks, ansitas berkurang
-      Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit ISK
-      Observasi situs psikis pasien

-      Beri penjelasan tentang penyakitnya

-      Ajarkan nama obat, dosis, waktu, dan cara serta efek samping obat
-      Anjurkan pasien untuk menghindari minum kopi, the, cola dan minuman beralkohol 
-      Mengetahui tingkat pengetahuan pasiententang penyakitnya
-      Mengetahui tingkat kexcemasan dan mekanisme koping pasien
-      Diharapkan pasien memahami tentang penyakitnya sehingga mengurangi ansietas
-      Untuk mengurang kesalahan dan pemberian terapi obat oleh keluarga atau pasien
-      Untuk mengurangi timbulyan gejala iritasi yang lebih buruk.