A. KONSEP DASAR HARGA DIRI
RENDAH
1.
Pengertian
Harga
diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri ( Keliat, 1998).
Harga
diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negative, dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan.
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini
dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa –
apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan
daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung
bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Akan
ada dua pihak yang bisa disalahkannya, entah itu menyalahkan diri sendiri
(secara negatif) atau menyalahkan orang lain (Rini, J.F, 2002).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
a. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body
Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan
tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen,
1998).
b. Ideal
Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi
individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar,
aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita – cita, keinginan,
harapan tentang diri sendiri.
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas
adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu (Stuart
& Sundeen, 1998). Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja
d. Peran Diri (Self Role)
Serangkaian
pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi
individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang
diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart &
Sundeen, 1998).
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri
adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga
diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa
syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang
yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 1998.
2.
Etiologi
Harga
diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif
akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system
keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 :
366).
Menurut
Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan
sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Sedangkan
menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif merupakan
kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam
memenuhi tuntutan kehidupan dan peran. Adapun Penyebab Gangguan Konsep Diri
Harga Diri Rendah, yaitu :
a. Factor
Presdisposisi
Factor predisposisi terjadinya
harga diri rendah adalah penolakan orangtua, penolakan orangtua yang tidak
realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Factor
Presipitasi
Factor Presipitasi Terjadinya
harga diri rendah biasanya adalah kehillangan bagian tubuh, perubahan
penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.
3.
Proses
Terjadinya Harga Diri Rendah
Harga
diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,kekalahan, dan kegagalan,
tetapi merasa sebagai seorang yang penting dan berharga.
Gangguan
harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui
tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.Umumnya disertai oleh evalauasi diri
yang negative membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan harga
diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi
trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai.
b. Kronik
Yaitu perasaan
negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat.
Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons
yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang
kronis atau pada pasien gangguan jiwa.
4.
Tanda
dan Gejala Harga Diri Rendah
a. Mengejek
dan mengkritik diri
b. Merasa
bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri
c. Mengalami
gejala fisik, missal : tekanan darah tinggi
d. Menunda
keputusan
e. Sulit
bergaul
f. Menghindari
kesenangan yang dapat meberi rasa puas
g. Menarik
diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
h. Merusak
diri : harga diri rendah menyokong pasien untuk mengakhirinya hidup
i. Merusak/melukai
orang lain
j. Perasaan
tidak mampu
k. Pandangan
hidup yang pesimistis
l. Tidak
menerima pujian
m. Penurunan
produktivitas
n. Penolakan
terhadap kemampuan diri
o. Kurang
memerhatikan perawatan diri
p. Berpakaian
tidak rapih
q. Berkurang
selera makan
r. Tidak
berani menatap lawan bicara
s. Lebih
banyak menunduk
t. Bicara
lambat dengan nada suara lemah.
5.
Pohon
Masalah
Isolasi Sosial
|
Resiko perilaku mencederai diri
|
Resiko perilaku mencederai diri
|
Harga Diri
Rendah
|
Masalah utama
Defisit
Perawatan Diri
|
Penyebab
6.
Penatalaksanaan
Menurut
hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya
lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi :
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Dosis
rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat
2) Tidak ada
efek samping kalaupun ada relative kecil
3) Dapat
menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif
maupun gejala negative skizofrenia
4) Lebih
cepat memulihkan fungsi kogbiti
5) Tidak
menyebabkan kantuk
6) Memperbaiki
pola tidur
7) Tidak
menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
8) Tidak
menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka
yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi
dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua
(atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine
HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk
mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan
dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik
diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
c. Therapy
Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
d. Keperawatan
Biasanya
yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan
Sadock,1998).
Therapy
aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas
kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat
dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas
yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga
diri rendah adalah therapy aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan
aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).
B.
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN HARGA DIRI
RENDAH
1.
Pengkajian
Pasien Harga Diri Rendah
a. Identitas
klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian,
nomor rekam medic
b. Faktor
predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor
psikologis, social budaya, dan factor genetic
c. Factor
presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak
mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan,
rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan
penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
d. Psikososial
yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
e. Status
mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam
perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi
pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme
koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
g. Aspek
medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data
penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:
MASALAH YANG PERLU DIKAJI
No
|
Masalah Keperawatan
|
Data Subyektif
|
Data Obyektif
|
1
|
Masalah
utama : gangguan konsep diri : harga diri rendah
|
Mengungkapkan
ingin diakui jati dirinya. Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.
Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.
Mengungkapkan dirinya tidak berguna.
Mengkritik diri sendiri. Perasaan tidak mampu.
|
Merusak
diri sendiri, Merusak orang lain, Ekspresi malu,
Menarik
diri dari hubungan social, Tampak mudah tersinggung, Tidak mau makan dan tidak tidur
|
2
|
Mk :
Penyebab tidak efektifnya koping individu
|
Mengungkapkan
ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain. Mengungkapkan malu dan tidak bisa
ketika diajak melakukan sesuatu.
Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.
|
Tampak
ketergantungan terhadap orang lain Tampak
sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan Wajah tampak murung
|
3
|
Mk :
Akibat isolasi sosial menarik diri
|
Mengungkapkan
enggan bicara dengan orang lain Klien
mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.
|
Ekspresi
wajah kosong tidak ada kontak mata ketika diajak bicara Suara pelan dan tidak jelas Hanya memberi
jawaban singkat (ya/tidak)
Menghindar ketika didekati
|
2.
Diagnosa
Keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang
didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui
sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
sebagai berikut:
a. Harga
Diri Rendah
b. Isolasi
Sosial
3.
Rencana
Tindakan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pasien
Untuk mengatasi masalah Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Tindakan keperawatan pada pasien :
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
Tindakan
keperawatan :
1) Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya , perawat
dapat :
a. Mendiskusikan
bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam
keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b. Beri
pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilaian yang negatif.
2)
Membantu
pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk
tindakan tersebut, saudara dapat :
a.
Mendiskusikan
dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini
b.
Bantu pasien
menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan
pasien
c.
Perlihatkan
respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3)
Membantu
pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih Tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan adalah :
a.
Mendiskusikan
dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b.
Bantu pasien
menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana
kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja
yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama
pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
4)
Melatih
kemampuan yang dipilih pasien
Untuk
tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
a.
Mendiskusikan
dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
b.
Bersama
pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
c.
Berikan
dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien
5)
Membantu
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang dilatih
Untuk
mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal
berikut :
a.
Memberi
kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
b.
Beri pujian
atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
c.
Tingkatkan
kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
d.
Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih
Berikan
kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan.
SP 1Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian
Orientasi :
“Assalamualaikum, bagaimana
keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita
bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai
kegiatan mana yang masih dapat T
dilakukna di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan
untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? bagaimana
kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?
Kerja :
” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapihkan
kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima
kemampuan dan kegiatan yang T miliki “.
” T, dari lima kegiatan/kemampuan
ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat,
yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini.
”Sekarang, coba T pilih satu
kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba
lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi
spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan,
dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“
Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak)
melakukan.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapihkan tempat tidur ? Yach, T
ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang,
mari kita masukkan pada jadual harian.
T. Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T
masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan
mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”
SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
Orientasi :
“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan
T pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana T, sudah dicoba
merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus (kalau sudah dilakukan,
kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat
apa kegiatan itu T?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
Kerja :
“ T, sebelum
kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes
untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk
membilas., T bisa menggunakan air yang
mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang
sisa-makanan.
“Sekarang
saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan
tersedia, T ambil satu piring kotor,
lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian T bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah
diberikan sabun pencuci piring. Setelah
selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun
sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu
T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia
di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba T yang melakukan…”
“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik.
Sekarang dilap tangannya
Terminasi :
”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini
dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan untuk
kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat
kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”
Latihan dapat dilanjutkan untuk
kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang
dimiliki akan menambah harga diri pasien.
Untuk
mengatasi masalah Iolasi Sosial
Tindakan
keperawatan pada pasien
Tujuan
umum: Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
a.
Tujuan khusus I: Pasien
dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria
evaluasi: Setelah dilakukan dua kali interaksi, pasien menunjukkan tanda-tanda
percaya kepada perawat, seperti: wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada
kontak mata, bersedia menceritakan perasaannya, bersedia mengungkapkan
masalahnya.
Intervensi
keperawatan:
1) Bina
hubungan saling percaya
2) Beri
salam setiap berinteraksi
3) Perkenalkan
nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berkenalan
4) Tanyakan
dan panggil nama kesukaan pasien
5) Tunjukkan
sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
6) Tanyakan
perasaan pasien dan masalah yang dihadapinya
7) Buat
kontrak interaksi yang jelas
8) Dengarkan
dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien.
b. Tujuan
khusus II: Pasien mampu menyebutkan penyebab isolasi social
Kriteria
evaluasi: Setelah dua kali interaksi pasien dapat menyebutkan minimal satu
penyebab isolasi sosial, yang berasal dari: diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
Intervensi
keperawatan:
1) Tanyakan
pada pasien tentang;
a) Orang
yang serumah atau teman sekamar pasien
b) Orang
yang terdekat dengan pasien di rumah atau di ruang perawatan
c) Apa
yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut
d) Orang
yang tidak dekat dengan pasien di rumah atau di ruang perawatan
e) Apa
yang membuat pasien tidak dekat dengan orang tersebut
f) Upaya
yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain.
2) Diskusikan
dengan pasien penyebab isolasi sosial atau tidak mau bergaul dengan orang lain
3) Beri
pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.
c. Tujuan
khusus III: Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, dan
kerugian dari isolasi sosial.
Kriteria
evaluasi: Setelah dua kali interaksi, pasien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan sosial (misalnya: banyak teman, tidak kesepian, bisa diskusi,
saling menolong), dan kerugian tidak berhubungan sosial dengan orang lain
(misalnya: sendiri, kesepian, tidak bisa berdiskusi, tidak memiliki teman).
Intervensi
keperawatan:
1) Tanyakan
pada pasien tentang;
a) Manfaat
hubungan social
b) Kerugian
menarik diri.
2) Diskusikan
dengan pasien tentang manfaat berhubungan sosial, dan kerugian tidak berhubungan
sosial (menarik diri)
3) Beri
pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.
d. Tujuan
khusus IV: Pasien melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria
evaluasi: Setelah dua kali interaksi, pasien dapat melaksanakan hubungan sosial
secara bertahap, dengan: perawat, perawat lain, pasien lain, dan kelompok.
Intervensi
keperawatan:
1) Observasi
perilaku pasien saat berhubungan social
2) Beri
motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan atau berkomunikasi dengan perawat,
perawat lain, pasien lain, dan kelompok
3) Libatkan
pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS)
4) Diskusikan
jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien
bersosialisasi
5) Beri
motivasi pada pasien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat
6) Beri
pujian terhadap kemampuan pasien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang
dilaksanakan.
e. Tujuan
khusus V: Pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah melakukan hubungan
social
Kriteria
evaluasi: Setelah dua kali interaksi, pasien dapat menjelaskan perasaan setelah
berhubungan sosial, dengan: orang lain dan kelompok.
Intervensi
keperawatan:
1) Diskusikan
dengan pasien tentang perasaan setelah berhubungan sosial, dengan: orang lain
dan kelompok
2) Beri
pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.
f. Tujuan
khusus VI: Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria
evaluasi: Setelah dua kali interaksi, pasien dapat menyebutkan: manfaat minum
obat, kerugian tidak minum obat, nama obat, warna, dosis, cara pemakaian, waktu
pemakaian, efek terapi dan efek samping obat. Pasien mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan benar, dan pasien dapat menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi dokter.
Intervensi
keperawatan:
1) Diskusikan
dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama obat, warna,
dosis, cara pemakaian, waktu pemakaian, efek terapi dan efek samping obat
2) Observasi
pasien saat penggunaan obat
3) Beri
pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar
4) Diskusikan
akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
5) Anjurkan
pasien berkonsultasi dengan dokter atau perawat, jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
g. Strategi
pelaksanaan I pasien (SP I pasien): Membina hubungan saling percaya, membantu
pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,
serta mengajarkan pasien berkenalan.
h. Strategi
pelaksanaan II pasien (SP II pasien): Mengajarkan pasien berinteraksi secara
bertahap (berkenalan dengan orang pertama misalnya seorang perawat).
i. Strategi
pelaksanaan III pasien (SP III pasien): Mengajarkan pasien berinteraksi secara
bertahap (berkenalan dengan orang kedua misalnya seorang pasien).
A.
PENGKAJIAN
RUANG RAWAT :
Ruang Kabela
TANGGAL DIRAWAT :
01 April 2013
1. IDENTITAS
PASIEN
Inisial : Ny. R.M
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Maasing, Ling
III/Tuminting
Tanggal Pengkajian : 18 juni 2013 Jam : 10.00 WITA
No. Rekam Medik : 011528
IDENTITAS PENANGGUNG
JAWAB
Nama : Ny.K.H
Umur : 56 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Maasing, Ling III/Tuminting
Hubungan : Ibu Kandung
2. ALASAN
MASUK RUMAH SAKIT
a. Keluhan
utama
Pasien
dibawa oleh keluarga ke rumah sakit yang terakir, karena putus obat, sehingga
pasien selalu berdiam diri, sering menyendiri dikamar, bicara sedikit, sulit
berkomunikasi karena malu.
b. Riwayat
kesehatan sekarang
Pasien
saat ini terlihat banyak diam jika tidak diajak bicara, tidak ada kontak mata,
pasien sering menunduk dan malu saat berbicara.
3. FAKTOR
PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
Pasien
pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V.L Ratumbuysang. Pertama kali masuk
pada tanggal 28 bulan September tahun 2003 dan masuk keluar RSJ sebanyak 16
kali, dan terakhir pasien kembali masuk RSJ pada 01 bulan April 2013.Pasien
pernah diberikan pengobatan tapi kurang berhasil karena pasien berobat tidak
teratur / putus obat. Pengalaman masa lalu pasien yang tidak menyenangkan yaitu
ketika pasien mengingat penyakit seperti ini tidak akan smebuh. Dalam anggota
keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit jiwa.
4. ASPEK
FISIK
a. Tanda-tanda
vital : TD : 90/70 mmHg, N : 76x/mnt, R : 20x/mnt,S : 36,5 ºC
b. Tinggi
Badan : 140 cm
c. Berat
badan : 40 kg
d. Keluhan
Fisik : Saat dikaji pasien mengatakan
gusinya bengkak dan sakit
5. ASPEK
PSIKOSOSIAL
a.
Genogram
: Laki-laki
b. Konsep
diri
1) Gambaran
Diri
Pasien
merasa dirinya lebih kecil dari orang lain(pendek) dan merasa tubuhnya tidak
berfungsi seperti orang lain
2) Identitas
diri
Pasien
mampu menyebut identitasnya dengan baik saat ditanyakan, pasien anak ke-5 dari
7 bersaudara, dan pasien puas menjadi perempuan
3) Peran
Pasien mengatakan dalam
keluarganya/dirumah sebagai anak, dan peran dirumah sakit tidak ada karena pasien
mengatakan malas beraktifitas dan lemah, pasien mengangggap dirinya tidak berharga,
berguna, berbeda dengan orang lain/temannya
4) Ideal
diri
Pasien
mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, tetapi di satu sisi pasien mengatakan
bahwa dengan terus sakit seperti ini tidak akan sembuh.
5) Harga
diri
Pasien
selalu menyendiri, merasa tidak berharga, merasa tidak mampu, tidak diterima
oleh orang lain, keluarga, dan kelompok, pasien merasa malu ketika berhadapan
langsung dengan orang lain, kurang interaksi social, dan Pasien menyadari bahwa
dirinya sakit.
c. Hubungan
Sosial
Dalam
kehidupan pasien orang yang paling berarti Tidak ada, ditempat pasien dirawat, pasien hanya lebih
banyak duduk berdiam diri dan melamun tidak bergabung dengan teman yang lain
karena malu.Pasien mengatakan jarang melakukan kegiatan ibadah dalam rumah
sakit misalnya shalat, olahraga dll.Karena malu.
d. Spiritual
Pasien
menganut agama Islam.Menurut pasien sebelum dirawat di RSJ Ratumbuysang, pasien
melaksanakan shalat .Saat di RS pasien tidak lagi melakukan shalat.
6. STATUS
MENTAL
a. Penampilan
Fisik
Penampilan pasien kurang
rapi , rambut jarang disisir, pasien kadang-kadang menggunakan baju yang
disediakan di rumah sakit jiwa, gigi tampak kotor, dan kuku kaki kotoR dan
panjang.
b. Pembicaraan
Saat pengkajian pasien
berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dipahami
c. Aktivitas
motorik
Aktivitas pasien saat
dikaji lebih sering menunduk.
d. Alam
perasaan
Pasien ingin segera
pulang karena merasa bosan, pasien takut, dan sedih belum bias bertemu dengan
keluarga.
e. Afek
Tidak ada gangguan
f. Persepsi
Pasien saat pengkajian
tidak ditemukan halusinasi
g. Proses
piker
Pasien saat pengkajian
tidak ada waham
h. Isi
piker
Pasien saat pengkajian
mengatakan dirinya takut akan sesuatu hal yang buruk akan terjadi padanya
i.
Tingkat kesadaran
Saat pengkajian Pasien
sadar, hari, tanggal, dan waktu
j.
Memori
Daya ingat masa
panjang, pasien masih mengingat masa lalunya
k. Tingkat
konsentrasi dan berhitung
Pasien dapat berhitung
dengan baik, contoh mengurangi angka 20-15 pasien menjawab dengan benar yaitu 5.
l.
Kemampuan penilaian
Pasien mengalami
gangguan penilaian ringan, pasien mampu menilai kursi tidak rapid an memilih
merapihkannya
m. Daya
tilik diri
Pasien tahu dan sadar
bahwa dirinya di rumah sakit jiwa.
7. Kebutuhan
Persiapan Pulang
a. Makan
dan minum
Pasien makan 3x/hr,
yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri
b. BAB/BAK
Pasien BAB 1x/hr, BAK
±4x/hr, secara mandiri
c. Mandi
Pasien mandi 2x/hr,
yaitu pagi dan sote, secara mandiri
d. Berpakain
dan berhias
Pasien mampu berpakaian
tanpa bantuan orang lain
e. Istiraht
dan tidur
Tidur siang ±½ jam,
tidur malam ± 8 jam, tidak mengalami gannguan tidur
f. Penggunaan
obat
Pasien minum obat
3x/hr, setelah makan RISP 25 mg (2 x 1), THP 25 mg ( 2 x ½ ), B-Comp ( 1-1-0 ),
Vit C 25 mg ( 2 x 1 )
8. MEKANISME
KOPING
Perilaku
adaptif yang dilakukan pasien seperti bicara dengan orang lain saat dibutuhkan,tetapi
terlihat malu dan lambat, danberdoa. sedangkan yang maladaptive menyendiri dan
diam.
9. MASALAH
PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah
dnegan pendidikan : Tidak ada
b. Masalah
dengan pekerjaan : Tidak ada
c. Masalah
dengan perumahan : Pasien tinggal
kaka dengan orang tuanya
10. KURANG
PENGETAHUAN TENTANG
a. Penyakit
jiwa
b. Factor
predisposisi dan presipitasi
c. Mekanisme
koping
d. Obat-obatan
11. ASPEK
MEDIS
a. Diagnosa
medis : Zkisofrenia Skizoafektif
b. Terapis
Medis :
1) Resperidon
(Resp) 25 mg, 2 x 1 tablet, rute oral, dan berwarna orange
2) Trihexyehenidil
1-1-0 rute oral
3) Vit
C 2 x 1 tablet, rute oral.
ANALISA DATA
NO
|
DATA
|
MASALAH
|
1.
2.
3.
|
DS
:
-
Pasien mengatakan dirinya
tidak berharga, tidak berguna
-
Pasien mengatakan
tidak diterima oleh keluarga dan orang lain
-
Pasien merasa malu
dengan orang disekitarnya
DO :
-
Pasien selalu
menyendiri
-
Pasien sudah 16 kali
masuk keluar rumah sakit
-
Pasien sering
menunduk saat di ajak bicara
-
Pasien tidak ada
kontak mata
-
Pasien suka duduk
berdiam diri
DS :
-
Pasien megatakan
merasa ditolak oleh lingkungan
-
Pasien mengatakan
lebih senang menyendiri
-
Pasien mengatakan
tidak suka bergaul karena malu
DO :
-
Pasien cenderung
menyendiri
-
Pasien sering Diam
jika tidak diajak bicara
-
Pasien sering
menundukkan kepala
-
Pasien tampak malu
saat di ajak berbicara
DS :
-
Pasien mengatakan
merasa lemah
-
Pasien mengatakan
malas untuk beraktifitas
DO :
-
Penampilan kurang
Rapih
-
Rambut jarang disisir
-
Gigi tampak kotor dan
bau
-
Kuku kaki kotor
|
Harga
Diri rendah
Isolasi
Sosial
Defisit
Perawatan Diri
|
B.
POHON
MASALAH
Akibat
Isolasi Sosial
|
Masalah
utama Harga Diri
Rendah
Penyebab
Defisit Perawatan diri
C.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Harga
diri rendah
2. Isolasi
social
3. Defisit
Perawatan diri
D.
RENCANA
KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
KRITERIA
EVALUASI
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah
|
TUM
: Pasien memiliki konsep diri yanag
positif
TUK
:
1) Pasien
dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria
Hasil :
2) Pasien
dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.
3) Pasien
dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.
4) Pasien
dapat merencanakan sesuai dengan kemampuan yang dimilikii.
5) Pasien
dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
6) Pasien
dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
|
1) Setelah
dilakukan 3 kali interaksi, pasien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat,
menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau menjawab salam, pasien mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutamakn masalah yang dihadapi
2) Setelah
3 kali interaksi pasien dapat menyebutkan :
-
Aspek positif dan kemampuan yang
dimiliki pasien
3) Setelah
3 kali interaksi pasien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan
4) Setelah
3 kali interaksi pasien membuat rencana kegiatan harian
5) Setelah
3 kali interaksi pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat
6) Setelah
3 kali interaksi pasien memanfaatkan system pendukung yang ada
|
1.
Bina hubungan saling percaya (beri
salam setiap berinteraksi, bersikap empati, perkenalkan nama, nama panggilan
perawat, dan tujuan perawat berkenalan).
2. Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
3. Setiap
bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif.
4. Usahakan
memberi pujian yang realistik.
5. Diskusikan
dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam sakit.
6. Diskusikan
kemampuan yang masih dapat dilanjutkan penggunaannya
7. Rencanakan
bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan
kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagaian, kegiatan
yang membutuhkan bantuan total
8. Beri
contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.
9. Beri
kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
10. Beri
pujian atas keberhasilan klien
|
1.
Hubungan saling percaya merupakan
dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.
2. Mendiskusikan
tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, control diri atau
integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya
3. Reinforcement
positif akan meningkatkan harga diri klien.
4. Pujian
yang realistic tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin
mendapatkan pujian
5. Keterbukaan
dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah.
6. Pengertian
tentang kemampuan yang masih dimiliki klien memotivasi untuk tetap
mempertahankan penggunaannya
7. Membentuk
individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.Klien perlu
bertindak secara realistic dalam kehidupannya.
8. Contoh
perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan
kegiatan.
9. Memberikan
kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri
klien.
10. Reinforcement
positif dapat meningkatkan harga diri klien.
|
2
|
Isolasi
Sosial
|
TUM
: Pasien dapat berinterkasi dengan orang lain
TUK
:
1) Pasien
dapat membina hubungan saling percaya
2) Pasien
mampu menyebutkan penyebab menarik diri
3) Pasien
mampu menyebutkan keuntungan berhubungan social dan kerugian menarik diri
4) Pasien
dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap
5) Pasien
mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan social
Pasien
dapat memanfaatkan obat dengan baik
|
1) Setelah
dilakukan 3 kali interaksi, peran menunjukkan tanda-tanda percaya kepada
perawat, seperti wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata,
bersedia menceritakan perasaannya, bersedia mengungkapkan masalahnya
2) Setelah
3 kali interaksi pasien dapat menyebutkan menimal 1 penyebab isolasi social
yang berasal dari diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3) Setelah
3 kali interaksi, pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan social, dan
kerugian tidak berhubungan social dengan orang lain (sendiri, kesepian, tidak
memiliki teman)
4) Setelah
3 kali interaksi, pasien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap,
dengan teman, dan perawat
5) Setelah
3 kali interaksi, pasien dapat menjelaskan perasaan setelah berhubungan
dengan orang lain dan kelompok
Setelah
3 kali interaksi, pasien dapat menyebutkan : manfaat minum obat, kerugian
tidak minum obat, waktu minum, dan warna
|
1. Bina
hubungan saling percaya (beri salam setiap berinteraksi, bersikap empati,
perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berkenalan).
2. Tanyakan
dan panggil nama kesukaan pasien.
3.
Tunjukkan sikap jujur dan menepati
janji setiap kali berinteraksi.
4.
Diskusikan tentang kontrak interaksi
yang akan dilakukan (waktu, tempat, dan orang).
5.
Tanyakan perasaan pasien dan masalah
yang dihadapinya.
6.
Dengarkan dengan penuh perhatian,
ekspresi perasaan pasien.
7.
Tanyakan pada pasien tentang: orang
yang serumah atau teman sekamar pasien, orang yang terdekat dengan pasien di
rumah atau di ruang perawatan, apa yang membuat pasien dekat dengan orang
tersebut, orang yang tidak dekat dengan pasien di rumah atau di ruang
perawatan, apa yang membuat pasien tidak dekat dengan orang tersebut, upaya
yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain.
8.
Diskusikan dengan pasien penyebab
isolasi sosial atau tidak mau bergaul dengan orang lain.
9.
Beri pujian yang positif terhadap
kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.
10. Tanyakan
pada pasien tentang: manfaat hubungan sosial, dan kerugian menarik diri.
11. Diskusikan
dengan pasien tentang manfaat berhubungan sosial, dan kerugian tidak
berhubungan sosial (menarik diri).
12. Ajarkan
pasien cara berkenalan secara bertahap, awalnya dengan cara
mendemonstrasikannya dengan pasien.
13.
Observasi perilaku pasien saat
berhubungan sosial.
14.
Beri arahan dan motivasi untuk pasien
agar dapat berkenalan atau berkomunikasi dengan perawat, perawat lain, pasien
lain, atau sekelompok orang.
15.
Libatkan pasien dalam terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS).
16.
Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien bersosialisasi.
17.
Beri arahan dan motivasi pada pasien
untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat.
18. Beri
pujian terhadap kemampuan pasien memperluas pergaulannya melalui aktivitas
yang dilaksanakan.
19. Diskusikan
dengan pasien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan orang
lain ataupun sekelompok orang.
20. Beri
pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.
21. Diskusikan
dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama obat,
warna, dosis, cara pemakaian, waktu pemakaian, efek terapi, dan efek samping
obat.
22.
Observasi pasien saat penggunaan obat.
23.
Beri pujian jika pasien menggunakan
obat dengan benar.
24.
Diskusikan akibat berhenti minum obat
tanpa konsultasi dengan dokter.
25.
Anjurkan pada pasien agar
berkonsultasi dengan dokter atau perawat, jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
26.
Buat kontrak untuk pertemuan
selanjutnya.
27.
Akhiri pertemuan.
|
1.
Hubungan saling percaya
memungkinkan adanya hubungan baik
yang makin erat,pasien terbuka pada perawat, dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
2.
Meningkatkan rasa percaya pasien pada perawat, serta memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat.
3.
Meningkatkan rasa percaya pasien pada perawat,serta memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat.
4.
Meningkatkan rasa percaya pasien pada perawat, serta memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat,
5.
Mengetahui apa yang dirasakan pasien
saat itu, sehingga memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat,dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
6.
Meningkatkan rasa percaya pasien pada perawat, serta memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat.
7.
Mengetahui latar belakang isolasi
sosial dari pasien, dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
8.
Mengetahui penyebab isolasi sosial
dari pasien, hal-hal yang berkaitan dengan isolasi sosialnya, dan untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
9.
Meningkatkan motivasi untuk
berbuat lebih baik hal-hal yang positif, meningkatkan rasa percaya pasien pada
perawat,
serta memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat.
10. Mengetahui
mekanisme koping dari pasien, baik yang adaptif maupun maladaptif, dan untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
11. Memberikan
pengertian, arahan, dan pengetahuan pada pasien tentang mekanisme koping yang
adaptif dan maladaptif, dan pasien diharapkan bisa menggunakan mekanisme
koping yang positif (adaptif) dalam mengatasi masalah, sehingga koping
individu bisa efektif, dan penggunaan koping yang maladaptif bisa dicegah
atau diatasi. Tindakan ini diharapkan akanmeningkatkan
motivasi dari
pasien untuk berbuat lebih baik hal-hal yang
positif.
12. Mengurangi
resiko atau efek dari isolasi sosial yang tidak tertangani dengan baik,
seperti terjadinya gangguan persepsi sensori: halusinasi, atau resiko
menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Selain itu, melatih
pasien agar dapat berinteraksi dengan orang lain.
13. Mengetahui
sejauh mana pasien dapat berhubungan sosial dengan orang lain, faktor yang
menghambat dan yang menunjang interaksinya, serta untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
14. Meningkatkan
semangatnya agar bisa mempraktekkan apa yang sudah diajarkan, meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik hal-hal yang
positif, meningkatkan rasa percaya pasien pada perawat, serta memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat.
15. Mengetahui
sejauh mana pasien dapat berhubungan sosial dengan orang lain sesuai dengan
apa yang sudah diajarkan, faktor yang menghambat dan yang menunjang
interaksinya, serta untuk menentukan intervensi selanjutnya.
16. Mempraktekkan
apa yang sudah diajarkan, meningkatkan motivasi untuk
berbuat lebih baik hal-hal yang positif, meningkatkan rasa percaya pasien pada
perawat,
serta memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat.
17. Meningkatkan
semangatnya agar bisa mempraktekkan apa yang sudah diajarkan, meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik hal-hal yang
positif, meningkatkan rasa percaya pasien pada perawat, serta memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat.
18. Meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik hal-hal yang
positif, meningkatkan rasa percaya pasien pada perawat, serta memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat.
19. Mengetahui
respon pasien setelah berinteraksi, faktor yang menhambat dan yang menunjang
interaksinya, serta untuk menentukan intervensi selanjutnya.
20. Meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik hal-hal yang
positif, meningkatkan rasa percaya pasien pada perawat, serta memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat.
21. Memberikan
pengetahuan, arahan, dan pengertian pada pasien tentang penggunaan obat
dengan prinsip lima benar, sehingga meningkatkan
motivasi untuk berbuat lebih baik hal-hal yang positif
(berhubungan sosial).
22. Mengetahui
sejauh mana pasien dapat menggunakan obat dengan prinsip lima benar sesuai
yang sudah diajarkan, faktor yang menghambat dan yang menunjang pengunaan
obat, serta untuk menentukan intervensi selanjutnya.
23. Meningkatkan
semangatnya agar bisa mempraktekkan apa yang sudah diajarkan, meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik hal-hal yang
positif, meningkatkan rasa percaya pasien pada perawat, serta memungkinkan adanya hubungan baik yang makin erat.
24. Memberikan
pengetahuan, arahan, dan pengertian pada pasien tentang dampak berhenti minum
obat tanpa konsultasi dengan dokter, sehingga meningkatkan
motivasi untuk berbuat lebih baik hal-hal yang positif
(berhubungan sosial).
25. Memberi
pengertian, arahan, dan melatih pasien, agar bisa menggunakan mekanisme
koping yang positif (adaptif) dalam mengatasi masalah, sehingga koping
individu bisa efektif, dan penggunaan koping yang maladaptif bisa dicegah
atau diatasi.
26. Melakukan kesepakatan dan persetujuan untuk bertemu lagi, memungkinkan adanya hubungan baik
yang makin erat,pasien terbuka pada perawat, serta meningkatkan rasa percaya pasien pada
perawat.
27.
Menutup atau
mengakhiri kegiatan yang dilakukan, dengan
memberikan pengertian, arahan, dan motivasi untuk dapat melakukan apa yang
sudah diajarkan dengan baik dan benar.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar