TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Gagal
ginjal akut adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal
sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif
disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah.(Imam Parsoedi A dan Ag.Soewito
:Ilmu Penyakit dalam Jilid II;91 )
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Manusia
memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut
atau abdomen.Ginjal
ini terletak di kanan dan kiri tulang
belakang, di bawah hati
dan limpa.Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat
retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum
yang melapisi rongga abdomen.Kedua
ginjal terletak di sekitar vertebra
T12 hingga L3.Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk
memberi tempat untuk hati.Tubulus
ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman.Bagian yang mengalirkan filtrat
glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus
konvulasi proksimal.Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle
yang bermuara pada tubulus
konvulasi distal. Lengkung Henle diberi nama berdasar
penemunya yaitu Friedrich
Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle
menjaga gradien osmotik
dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi
tubulus memiliki banyak mitokondria
yang menghasilkan ATP
dan memungkinkan terjadinya transpor
aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai
ion mineral.Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus
konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus
konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
·
tubulus penghubung
·
tubulus kolektivus kortikal
·
tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle
bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa
dan sel juxtaglomerular.
Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin
Cairan menjadi makin kental
di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin,
yang kemudian dibawa ke kandung
kemih melewati ureter.
C.
PENGKAJIAN
Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data pada
pasien yang harus ditanyakan adalah identitas klien,riwayat kesehatan
sekarang,dahulu,kesehatan keluarga,kesehatan lingkungan,riwayat
psikososial,pola kesehatan pada klien.
a. Identitas
klien
Nama
:
Umur:
Suku/bangsa
:
Status
perkawinan :
Agama:
Pendidikan
:
Alamat
:
No
registrasi :
Tanggal waktu datangor ang
yang di hubungi telefon diterima dan .rumah sakit datang sendiri lain-lain.
-Identitas
penanggung jawab
b. Riwayat
Keperawatan/kesehatan
1)
Keluhan Utama
Pada keluhan utama ini yang
ditanyakan adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan pasien berobat atau
keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian pertama kali.
2)
Riwayat kesehatan sekarang
Pada pengumpulan riwayat
kesehatan sekarang yang perlu di tanyakan factor yang melatarbelakangi atau
hal-hal yang mempengaruhi atau mendahului keluhan,bagaimana sifat terjadinya
gejala,lokasi gejalanya dimana dan sifatnya bagaimana,apakah klien merasakan
nyeri,pusing,mual,muntah.
3)
Riwayat keperawatan masa lalu
Penyakit yang pernah diderita: Hipertensi,
kencing batu, DM.
c. Pola
kebutuhan dasar
1) Persepsi
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Apakah
klien tahu tentang penyakitnya?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2) Nutrisi
metabolik
Apakah klien merasa mual/muntah?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum: frekuensi, porsi, jenis, voleme?
Apakah klien merasa mual/muntah?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum: frekuensi, porsi, jenis, voleme?
Gejala:
Ø Peningkatan
BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
Ø Anoreksia,
mual/muntah, nyeri ulu hati, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia)
Tanda:
Ø Distensi
abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
Ø Edema
(umum, tergantung)
Ø Perubahan
turgor kulit/kelembaban
Ø Ulserasi
gusi, perdarahan gusi/lidah
Ø Penurunan
otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
3.Eliminasi
Apakah BAB/BAK teratur, frekuensi, warna,
konsistensi, keluhan nyeri?
Gejala:
- Penurunan
frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
- Diare,
Konstipasi, abdomen kembung,
Tanda:
- Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, coklat,
kemerahan, berawan
- Oliguria, dapat menjadi anuria
4).Aktivitas dan latihan
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas
(mandiri, sebagian, total)?
Apakah pada saat beraktivitas sesak,
palpitasi, kelemahan, cepat lelah?
Gejala:
- Kelemahan
malaise
- Kelelahan
ekstrem,
- Gangguan
tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda:
- Kelemahan
otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
5).Tidur dan istirahat
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6).Kognitif dan persepsi sensori
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Keluhan gangguan pancaindera?
7).Persepsi dan konsep diri
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya
terkait dengan penyakitnya?
8).Peran dan hubungan dengan sesama
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman,
keluarga, perawat, dan dokter)?
Apakah merasa pekerjaan terganggu, siapa yang
menggantikan?
9).Reproduksi dan seksualitas
10).Mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari
solusi?
11).Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran
Agama
Saat sakit
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan
kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam
menjalankan ajaran Agama yang
dianut?
e. Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan umum :
2.
Kesadaran :
3. Tanda-tanda
vital :
4.
Status gizi :
Pemeriksaan
Head to toe
a) Kulit, rambut, dan kuku
1.Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
2.Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya abnormalitas
3.Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur (halus/kasar)edema, dan massa
1.Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
2.Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya abnormalitas
3.Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur (halus/kasar)edema, dan massa
b) Kepala:
1.Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
2.Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah garis kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan nyeri tekan, kekuatan akar rambut.
1.Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
2.Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah garis kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan nyeri tekan, kekuatan akar rambut.
c) Mata
1. Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
2.Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan lunak dibawah bidang orbital.
3. Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka kelopak mata. Perhatikan warna, edema, dan lesi.
4. Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping klien dengan menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
5. Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung. Amati kesimetrisan, ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya (nervus okulomotorius)
6. Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
7.Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan kemerahan.
8. Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen card/jari tangan pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien (nervus optikus).
9. Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari pemeriksa.
1. Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
2.Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan lunak dibawah bidang orbital.
3. Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka kelopak mata. Perhatikan warna, edema, dan lesi.
4. Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping klien dengan menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
5. Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung. Amati kesimetrisan, ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya (nervus okulomotorius)
6. Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
7.Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan kemerahan.
8. Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen card/jari tangan pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien (nervus optikus).
9. Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari pemeriksa.
10. Uji gerakan mata pada delapan arah
pandangan dengan menggerakkan jari pemeriksa secara perlahan (nervus
okulomotorius, nervus trokhlearis, nervus abduscen)
d.Hidung
1. Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan, adanya deformitas atau lesi, dan cairan yang keluar.
2. Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri, massa dan nyeri, massa dan penyipangan bentuk, serta palpasi sinus-sinus hidung.
3. Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang hidung dan minta pasien bernapas melalui hidung. Bandingkan antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan pasien membau (nervus olfaktorius).
4. Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat kepala kebelakang. Dengan bantuan penlight amati warna, lesi, cairan, massa, dan pembengkakan.
e.Telinga
1.Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2.Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3. Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan tragus kedalam dan tulang telinga ke bawah daun telinga (bila peradangan akan nyeri).
4. Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
5. Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada anak-anak daun telinga ditarik ke bawah, kemudian amati liang telinga adanya kotoran, serumen, cairan, dan peradangan.
6. Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan dan garpu tala (tes Webber, Rinne, Swabacch). (nervus auditorius).
1.Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2.Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3. Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan tragus kedalam dan tulang telinga ke bawah daun telinga (bila peradangan akan nyeri).
4. Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
5. Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada anak-anak daun telinga ditarik ke bawah, kemudian amati liang telinga adanya kotoran, serumen, cairan, dan peradangan.
6. Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan dan garpu tala (tes Webber, Rinne, Swabacch). (nervus auditorius).
f.Mulut dan faring
1. Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
2.Minta pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu dengan sudup lidah. Inpeksi keberihan jumlah, dan adanya caries.
3. Minta pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan, warna, mukosa, lesi, gerakan lidah (nervus hipoglosus)
4. Inspeksi faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
5.Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus fasialis)
6. Meminta pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal lidah (nervus glosofaringeal).
7. Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
g.Leher
1.Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakakn, jaringan parut atau massa (muskulus sternokleidomastoideus)
2. Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
3. Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal (normalnya tidak dapat dilihat)
4. Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
5.Palpasi kelenjar tiroid
h.Thorak dan tulang belakang
1. Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel chest).
2. Inspeksi kelainan bentuk tulang belakang (skoliasis, kifosis, lordosis).
3. Palpasi adanya krepitus pada kosta
4. Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara: bentuk, ukuran.
i.Paru
posterior, lateral, anterior
1. Inspeksi kesimetrisan paru
2.Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka atau huruf yang bergetar (contoh 777).Bandingkan paru kanan dan kiri.
3. Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari tangan ke prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas panjang. Ukur pergeseran kedua ibu jari.
4. Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak sampai dengan torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
5. Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler, bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
1. Inspeksi kesimetrisan paru
2.Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka atau huruf yang bergetar (contoh 777).Bandingkan paru kanan dan kiri.
3. Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari tangan ke prosesus xifoideus dan minta pasien bernapas panjang. Ukur pergeseran kedua ibu jari.
4. Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak sampai dengan torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
5. Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler, bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
j.Jantung dan pembuluh darah
1. Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
2. Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5 kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri (denyut apkal).
3. Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
4. Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung), dan adanya bunyi jantung tambahan.
5. Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
k.Abdomen
1. Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar, cekung, kebersihan umbilikus)
2. Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus)
3. Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
4. Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
5. Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
6.Mengukur lingkar perut
l.Genitourinari
1. Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touche (khusus laki-laki untuk mengetahui pembesaran prostat).
2. Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa, keputihan, perdarahan, ciran, bau.
3. Inspeksi alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi, massa, cairan, bau, pertumbuhan rambut , bentuk dan ukuran penis, keabnormalan prepusium dan gland penis.
4. Palpasi skrotum dan testis sudah turun atau belum
m.Ekstremitas
1. Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
2. Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
3. Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time, danedema
4. Kaji kemampuan pergerakan sendi
5.Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
6. Kaji reflek patologis: reflek plantar (babinsky)
f. Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan GGA, dapat menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.
1. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan GGA, dapat menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi.
Urine
·
Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta
osmolaritas.
·
Urin : ureum, kreatinin, elektrolit,
osmolaritas, dan berat jenis.
·
Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin
dan asam urat.
·
Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis
metabolik.
·
Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia,
hipernatremia atau hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
·
Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam
yang terjadi dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
·
Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan
menunjukan adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.
·
Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan
penyakit ginjal, contoh : glomerulonefritis, piolonefritis dengan
kehilangankemampuan untuk memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan
ginjal berat.
·
PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK.,
nekrosis tubular ginjal, dan gagal ginjal kronik.
·
Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg
menunjukan kerusakan ginjal, dan ratio urine/serum sering 1:1.
·
Klierens kreatinin urine : mungkin secara
bermakna menurun sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukan peningkatan
bermakna.
·
Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat
lebih dari 40 mEq/L bila ginjal tidak mampu mengabsorbsi natrium.
·
Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis
metabolik.
·
SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu,
trauma, tumor, atau peningkatan GF.
·
Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat
menunjukan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada.
Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis
interstisial. Pada NTA biasanya ada proteinuria minimal.
·
Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal
ataui infeksi. Warna tambahan selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel
epitel tubular ginjal terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga
nefritis glomular.
Darah
·
Hb. : menurun pada adanya anemia.
·
Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti
peningkatan kerapuhan/penurunan hidup.
·
PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat
terjadi karena penurunan kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan
hasil akhir metabolisme.
·
BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi
ratio 10:1
·
Osmolaritas serum : lebih beras dari 285
mOsm/kg; sering sama dengan urine.
·
Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi
seiring dengan perpindahan selular ( asidosis) atau pengeluaran jaringan
(hemolisis sel darah merah).
·
Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan
bervariasi
·
Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
·
Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
·
Protein : penurunan pada kadar serum dapat
menunjukan kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan
pemasukan, dan penurunan sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
·
CT.Scan
·
MRI
·
EKG mungkin abnormal menunjukan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
2.
Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
3. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
3. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit
·
EKG : Mungkin abnormal menunjukan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
·
Foto Kaki, Tengkorak, Kolmna Spiral dan
Tangan : Dapat menunjukan demineralisasi
g.
Analisa data
NO
|
TGL
/ JAM
|
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
1
|
Diisi
pada saat tanggal pengkajian
|
Berisi
data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan
|
masalah
yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan
suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll
|
Etiologi
berisi tentang penyakit yang diderita pasien
|
h.
Penyimpangan
KDM
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air
2) Gangguan
perfusi jaringan renal sehubungan dengan kerusakan nepron sehingga tidak mampu
mengeluarkan sisa metabolism
3) Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme
protein Nutrisi seimbang
4) Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas
kulit sehubungan dengan efek uremia.
5) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.
6) Resiko Tinggi terjadinya gangguan persepsi / sensori, gangguan proses
pikir sehubungan dengan abnormalitasnya zat – zat kimia dalam tubuh yang
dihubungakan dengan uremia
7)Kurang mampu merawat diri sehubungan dengan kelemahan fisik.
E. INTERVENSI
KEPERAWATAN
1) Perubahan kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan
kelebihan air Volume cairan tubuh normal
Kriteria hasil :Tidak terjadi oedem, tidak ada keluhan pada
tubuh
Intervensi :
- Timbang berat badan pasien
setiap hari, Ukur intake dan output tiap 24 jam, Ukur tekanan darah
(posisi duduk dan berdiri), kaji nadi dan pernapasan (Termasuk bunyi napas)
tiap 6-8 jam, Kaji status mental, Monitor oedema, distensi vena jugularis,
refleks hepato jugular, Ukur CVP dan PAWP
- Monitor data laboratorium :
Serum Natrium, Kalium, Clorida dan bicarbonat.
- Monitor ECG
- Berikan cairan sesuai indikasi
- Berikan Diuretic sesuai pesanan
dan monitor terhadap responnya.
2) Gangguan perfusi jaringan renal
sehubungan dengan kerusakan nepron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa
metabolisme
Kriteria hasil :Metabolisme kembali normal
Intervensi :
- Kaji Perubahan EKG, Respirasi
(Kecepatan dan kedalamannya) serta tanda – tanda chvostek”s dan
Trousseau”s
- Monitor data-data laboratorium
: Serum pH, Hidrogen, Potasium, bicarbonat, calsium magnesium, Hb, HT, BUN
dan serum kreatinin.
- Jangan berikan obat – obat
Nephrothoxic.
- Berikan pengobatan sesuai
pesanan / permintaan dokter dan kaji respon terhadap pengobatan.
3)Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme
protein Nutrisi seimbang
Kriteria Hasil :BB stabil, porsi makan habis
Intervensi :
- Kaji terhadap adanya Mual,
muntah dan anorexia
- Monitor intake makanan dan
perubahan berat badan ; Monitor data laboratorium : Serum protein, Lemak,
Kalium dan natrium.
- Berikan makanan sesuai diet
yang dianjurkan dan modifikasi sesuai kesukaan Klien.
- Bantu atau anjurkan pasien
untuk melakukan oral hygiene sebelum makan.
- Berikan antiemetik dan monitor
responya.
- Kolaborasi denga ahli diet
untuk pemberian diit yang tepat bagi pasien.
4) Resiko tinggi terjadinya kerusakan
integritas kulit sehubungan dengan efek uremia.
Kriteria hasil :Tidak terjadi Kerusakan integritas kulit
Intervensi :
1. Kaji terhadap kekeringan kulit,
Pruritis, Excoriations dan infeksi.
2. Kaji terhadap adanya petechie dan
purpura.
3. Monitor Lipatan kulit dan area yang
oedema
4. Lakukan perawat kulit secara benar.
5. Berikan pengobatan antipruritis
sesuai pesanan.
6. Gunting kuku dan pertahankan kuku
terpotong pendek dan bersih.
5) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d
depresi pertahanan imunologi.
Kriteria hasil :Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
- Kaji terhadap adanya tanda-
tanda infeksi.
- Monitor temperatur tiap 4 – 6
jam : Monitor data laboratorium : WBC : Darah, Urine, culture sputum.
Monitor serum Kalium.
- Pertahankan tekhnik antiseptik
selama perawatan dan patulah selalu universal precaution.
- Pertahankan kebersihan diri,
status nutrisi yang adekuat dan istirahat yang cukup.
Kebiasaan hidup yang sehat membantu mencegah infeksi.
6.
Resiko Tinggi terjadinya gangguan persepsi / sensori, gangguan proses pikir
sehubungan dengan abnormalitasnya zat – zat kimia dalam tubuh yang dihubungakan
dengan uremia Proses pikir normal
Kriteria hasil : Tidak terjadinya
gangguan persepsi / sensori
Intervensi :
- Kaji status neurologic :
Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang : Pola tidur ; Tingkat
kesadaran dan ktivitas motorik (kejang)
- Kaji tipe kepribadian
- Observasi terhadap perubahan
perilaku, adanya neuropathi perifer, rasa terbakar, kram otot dan gejala
paresthesia lainnya.
- Orientaskan pasien terhadap
kenyataan saat ini.
- Pertahankan tindakan kenyamanan
: Tutup rel tempat tidur, tempat tidur tidak boleh terlalu tiggi, jaukan
barang – barang tajam, letakan bel dekat pasien.
- Sempatkan waktu anda untuk
bersama – sama klien, tanyakan klien dengan kalimat terbuka.
- Berikan latihan relaksasi
sebelum tidur dan brikan periode stirahat.
7.
Kurang
mampu merawat diri sehubungan dengan kelemahan fisik.
Kriteria hasil :Personal hygiene terpenuhi
Intervensi ;
- Kaji kelemahan dan kelelahan,
dan berikan penjelasan tentang kebutuhan perawatan diri.
- Jika pasien tidak mampu sama
sekali Bantu lakukan perawatan dipasien dengan melibatkan kelurag.
- Lakukan latihan nafas dalam
batuk dan ambulasi di tempat tidur
BAB III
PENUTUP
·
Kesimpulan
Gagal
ginjal akut adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal
sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif
disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah.(Imam Parsoedi A dan Ag.Soewito
:Ilmu Penyakit dalam Jilid II;91)
·
Lampiran
A.DATA SUBJEKTIF
Identitas klien
Nama:
Tempat,tanggal lahir:
Pendidikan:
Pekerjaan:
Alamat:
Identitas penanggung jawab
Riwayat
Keperawatan/kesehatan
1).Keluhan
Utama
Apa
yang dirasakan klien saat itu?
2).Riwayat
kesehatan sekarang
Bagaimana
sifat terjadinya gejala, lokasi gejalanya dimana dan sifatnya
bagaimana,
apakah klien merasakan nyeri, pusing, mual, muntah.
3).Riwayat
keperawatan masa lalu
Penyakit
yang pernah diderita: Hipertensi, kencing batu, DM
Kebiasaan
buruk: menahan kencing, minum bersoda?
Operasi:
ginjal?
4).Pola
kesehatan :
1) Persepsi
kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Apakah
klien tahu tentang penyakitnya?
Apa
yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah
pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda
dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2)
Nutrisi metabolic
Apakah
klien merasa mual/muntah?
Apakah
klien mengalami anoreksia?
Makan/minum:
frekuensi, porsi, jenis, voleme?
3).Eliminasi
Apakah
BAB/BAK teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
4).Aktivitas
dan latihan
Apakah
memerlukan bantuan saat beraktivitas (mandiri, sebagian, total)?
Apakah
pada saat beraktivitas sesak, palpitasi, kelemahan, cepat lelah?
5).Tidur
dan istirahat
Apakah
tidur klien terganggu?
Berapa
lama, kualitas tidur (siang siang dan/malam ?
Kebiasaan
sebelum tidur?
6).Kognitif
dan persepsi sensori
Apakah
mengalami nyeri (PQRST)?
Keluhan
gangguan pancaindera?
7).Persepsi
dan konsep diri
Bagaimana
pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
8).Peran
dan hubungan dengan sesame
Bagaimana
hubungan dengan orang lain ( keluarga, perawat, dan dokter)?
Apakah
merasa pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9).Reproduksi
dan seksualitas
10).Mekanisme
koping dan toleransi terhadap stress
Bagaimana
menghadapi masalah?
Apakah
klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana
klien mengatasinya?
Siapa
yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11).Nilai
dan kepercayaan
Sebelum
sakit
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran
Agama
Saat
sakit
Apakah
ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah
penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran
Agama yang
dianut.
DAFTAR PUSTAKA
·
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal
Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
·
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Jakarta : EGC
·
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan.Edisi 8. Jakarta;EGC
Http//G:/ASKEP.GGA.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar