BAB I
KONSEP DASAR
1. Definisi
Pielonefritis
merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari
salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan
naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri
jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang
dari 3%.
Pielonefritis
sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal, dimana katup uretrovresikal
yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir baik(refluks) ke dalam ureter.
Obstruksi traktus urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap
infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hyperplasia prostatik benigna, dan
batu urinarius merupakan penyebab yang lain.
Inflamasi
pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang pelvis ginjal yang paling
sering adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke
pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yang kronis (Tambayong. 200)
2. Etiologi
·
Escherichia
coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan
penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50%
infeksi ginjal di rumah sakit.
·
Infeksi
biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
·
Berbagai
penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat)
atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.
·
Infeksi juga
bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:
Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:
kehamilan
kencing
manis
keadaan-keadaan
yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
3. Patofisiologi
Bakteri Masuk ke dalam pelvis
ginjal dan terjadi inflamasi.Inflamasi ini menyebabkan pembekakan daerah
tersebut, dimulai dari papila dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi
setelah terjadinya cytitis, prostatitis (asccending) atau karena infeksi
steptococcus yang berasal dari darah (descending).
4. Klasifikasi
Pyelonefritis dibagi menjadi 2
macam yaitu :
·
Pyelonefritis
akut.
·
Pyelonefritis
kronik.
Pyelonefritis
akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena tetapi tidak
sempurna atau infeksi baru.20 % dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua
minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah
ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran
urinarius atau dikaitkan dengan selimut.abses dapat di jumpai pada kapsul
ginjal dan pada taut kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan
tubulus serta glomerulus terjadi.
Pielonefritis
kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain
seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronik dapat
merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan
timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal)
yang kronik. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan
tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi
ginjal yang berulang –ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi
yang gawat. Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil,
biasanya diawali dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat obstruksi ureter
karena uterus yang membesar.
5. Manifestasi Klinik
·
Pyelonefritis
akut
Gejala
biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di punggung
bagian bawah, mual dan muntah. Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi
saluran kemih bagian bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.
Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut
berkontraksi kuat, bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan
nyeri hebat yang disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena
adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Pada anak-anak,
gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali
pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau
yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
·
Pyelonefritis
kronik
Pyelonefritis
kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang.Sehingga kedua ginjal
perlahan-lahan mejadi rusak.
a) Adanya serangan Pyelonefritis
akut yang berulang-ulang biasanya tidak mempunyai gejala yang sfesifik.
b) Adanya keletihan.
c) Sakit kepala, nafsu makan
rendah dan berat badan menurun.
d) Adanya poliuria, haus yang
berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria, dan kepekatan urin
menurun.
e) Kesehatan pasien semakin
menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.
f) Ketidaknormalan kalik dan
adanya luka pada daerah korteks.
g) Ginjal mengecil dan kemampuan
nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
6. Komplikasi
Pielonefritis
kronik adalah penyakit ginjal stadium akhir(mulai dari hilangnya progresifitas
nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut)hipertensi, danpembentukan
batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai-urea,
yang mengakibatkan terbentuknya batu).
7. Pemeriksaan Penunjang
·
Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan
salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih
dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih.
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10
eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan
patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
·
Bakteriologis
Mikroskopis : satu bakteri
lapangan pandang minyak emersi. 102 -103 organisme koliform / mL urin plus
piuria
Biakan bakteri
Tes kimiawi : tes reduksi griess
nitrate berupa perubahan warna pada uji carik
·
Kultur urine
untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
·
Hitung
koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
criteria utama adanya infeksi.
·
Metode tes
Tes
dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat).
Tes
esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat
urin normal menjadi nitrit.
·
Penyakit
Menular Seksual (PMS): Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual
(misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
·
Tes- tes
tambahan :
Pielografi
(IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan
apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa
renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
Urogram
IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
8. Penatalaksanaan
Pielonefritis
Akut : pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan
memerlukan terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di berikan
selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat diberikan.
Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila ditangani hanya
dengan agens oral. Untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka
pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada sistitis.
Masalah
yangmungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang
muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program
antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan
antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor
penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya
pada terapi jangka panjang.
Pielonefritis
kronik: agens antimikrobial pilihan di dasarkanpada identifikasi patogen
melalui kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan
trimethoprim dan digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang
ketat, terutama jika medikasi potensial toksik.
Pengobatan
Mengurangi
demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole
(TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau
ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
· Merilekskan
otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan
meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan
antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan
propantheline (Pro-Banthine)
· Pada
kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara
progresif.
BAB II
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada
klien pielonefritis menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
1. Data biologis meliputi :
1. Data biologis meliputi :
· Identitas
Klien
- Nama :
- Usia / Tanggal Lahir :
- Jenis Kelamin :
- Suku Bangsa :
- Status Pernikahan :
- Agama :
- Pekerjaan :
- Diagnosa Medik :
- Tanggal Masuk :
- Tanggal Pengkajian :
- No. RM :
- Nama :
- Usia / Tanggal Lahir :
- Jenis Kelamin :
- Suku Bangsa :
- Status Pernikahan :
- Agama :
- Pekerjaan :
- Diagnosa Medik :
- Tanggal Masuk :
- Tanggal Pengkajian :
- No. RM :
· Identitas
penanggung
- Nama :
- Usia :
- Jenis kelamin :
- Alamat :
- Pekerjaan :
- Hubungan dengan Klien :
- Nama :
- Usia :
- Jenis kelamin :
- Alamat :
- Pekerjaan :
- Hubungan dengan Klien :
2. Riwayat
kesehatan
:
· Keluhan
utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat dikaji.
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat dikaji.
· Riwayat
kesehatan sekang
Penjelasan dari keluhan utama, diuraikan dalam konsep PQRST
Penjelasan dari keluhan utama, diuraikan dalam konsep PQRST
· Riwayat
kesehatan dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita saat ini.
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita saat ini.
· Riwayat
kesehatan keluarga
Mengidentifikasi apakah di keluarga ada riwayat penyakit menular atau turunan atau keduanya.
- Bila ditemukan riwayat penyakit menular, dibuat struktur keluarga
dimana diidentifikasi individu-individu yang tinggal serumah.
Tidak dalam bentuk genogram.
- Bila ditemukan riwayat penyakit turunan, dibuat genogram dalam
minimal tiga generasi.
Mengidentifikasi apakah di keluarga ada riwayat penyakit menular atau turunan atau keduanya.
- Bila ditemukan riwayat penyakit menular, dibuat struktur keluarga
dimana diidentifikasi individu-individu yang tinggal serumah.
Tidak dalam bentuk genogram.
- Bila ditemukan riwayat penyakit turunan, dibuat genogram dalam
minimal tiga generasi.
3. Pengkajian
fisik :
· Umum
· Tanda-tanda
vital
· Sistem
Perkemihan,khusus pada sistem perkemihan seperti di lakukan tindakan seperti
berikut: -Palpasi kandung kemih
-Infeksi darah meatus -Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernian urine - Pengkajian pada costovertebralis
-Infeksi darah meatus -Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernian urine - Pengkajian pada costovertebralis
· Sistem
Penglihatan
· Sistem
Pendengaran
· Sistem
Pernafasan
· Sistem
Kardiovaskuler
· Sistem
Endokrin
· Sistem
Genetalia
· Sistem
Muskuluskeletal
· Sistem
Integumen
· Sistem
Syaraf
4. Pola
Aktifitas Sehari-hari:
· Nutrisi
1. Kaji jumlah,cara ,jenis cairan yang biasa diminum pasien dan perbedaan frekuensi minum klien sebelum masuk rumah sakit dan saat di rawar di rumah sakit.
2. Kaji jumlah,cara ,jenis makanan yang biasa dimakan pasien dan perbedaan frekuensi makan klien sebelum masuk rumah sakit dan saat di rawar di rumah sakit.
1. Kaji jumlah,cara ,jenis cairan yang biasa diminum pasien dan perbedaan frekuensi minum klien sebelum masuk rumah sakit dan saat di rawar di rumah sakit.
2. Kaji jumlah,cara ,jenis makanan yang biasa dimakan pasien dan perbedaan frekuensi makan klien sebelum masuk rumah sakit dan saat di rawar di rumah sakit.
· Eliminasi
1. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
2. Kaji perubahan warna urin.
3. Kaji adanya darah dalam urin.
4. Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal
urinasi, atau akhir urinasi.
5. Hesitancy; mengedan nyeri selama atau sesudah urinasi.
6. Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan
tidak adekuatnya pengosongan kandung kemih.
1. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
2. Kaji perubahan warna urin.
3. Kaji adanya darah dalam urin.
4. Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal
urinasi, atau akhir urinasi.
5. Hesitancy; mengedan nyeri selama atau sesudah urinasi.
6. Konstipasi dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan
tidak adekuatnya pengosongan kandung kemih.
· Istirahat
· Personal
Higiene
5. Data
Psikologis, Sosial dan Spiritual :
· Data
Psikologis
Dalam data psikologis terdiri dari status emosi, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi dan konsep diri (gambaran diri, harga diri, dll)
Dalam data psikologis terdiri dari status emosi, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi dan konsep diri (gambaran diri, harga diri, dll)
· Data
Sosial
dalam data sosial Berisi hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga dan masyarakat.
dalam data sosial Berisi hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga dan masyarakat.
· Data
Spiritual
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah.
Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan membran mukosa, kurang
nafsu makan
2. Nyeri
akut b.d proses peradangan / infeksi
3. Ansietas b.d
hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan pengobatan
C . Perencanaan
Dp. 1
: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi,
perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nafsu makan bertambah.
Batasan karateristik :
Subjektif : kram abdomen,
melaporkan perubahan sensasi rasa, merasa kenyang setelah mengingesti makanan,
merasakan ketidakmampuan mengingesti makanan.
Objektif : adanya bukti
kekurangan makanan, bising usus hiperaktif, konjungtiva dan membran mukosa
pucat, tonus otot buruk.
Kriteria Hasil : menunjukkan
status gizi : asupan makanan, cairan dan zat gizi.
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
6
|
Mandiri
Pantau / catat
permasukan diet
Tawarkan perawatan mulut
sering/cuci dengan larutan (25%) cairan asam asetat. Berikan
permen karet, permen keras, penyegar mulut diantara makan
Berikan makanan sedikit tapi
sering
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli gizi/tim
pendukung nutrisi
Batasi kalium, natrium dan
pemasukan fosat sesuai indikasi
Awasi pemeriksaan labiratorium,
contoh; BUN, albumin serum, transferin, natrium dan kalium.
|
Membantu dan mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik umum, gajala uremik (contoh :
mual, anoreksia, gangguan rasa) dan pembatasan diet multiple mempengaruhi
pemasukan makanan.
Membran mukosa menjadi kering
dan pecah. Perawatan mulut menyejukkan, meminyaki dan membantu menyegarkan
rasa mulut yang sering tidak nyaman pada uremia dan membatasi pemasukan oral.
Pencucian dengan asam asetat membantu menetralkan amonea yang dibentuk oleh
perubahan urea.
Meminimalkan anoreksia dan mual
sehubungan dengan status uremik/menurunnya paristaltik
Menentukan kalori individu dan
kebutuhan nutrisi dalam pembatasan,dan mengidentifikasi rute paling efektif
dan produknya, contoh tambahan oral, makanan selang hiperalimentasi
Pembatasan elektrolit ini
dibutuhkan untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut, khususnya bila
dialisis tidak menjadi bagian pengobatan, dan atau selama fase penyembuhan.
Indikator kebutuhan nutrisi,
pembatasan, dan kebutuhan / efektivitas terapi.
|
Dp. 2 : Nyeri akut b.d proses
peradangan, infeksi
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya
berkurang.
Batasan
karakteristik: kegelisahan, perilaku melindungi, perilaku menjaga,
kandung kemih tegang
Subjektif : keletihan
Objektif : perubahan
kemampuan untuk meneruskan aktifitas sebelumnya, perubahan pola tidur,
penurunan interaksi dengan orang lain, perubahan berat badan.
Kriteria Hasil : Tidak ada
keluhan nyeri pada saat berkemih, kandung kemih tidak tegang, tenang, tidak
mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah, tidak ada posisi tubuh,
tidak ada kegelisahan, tidak ada kehilangan nafsu makan.
Intervensi
:
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Mandiri :
Pantau intensitas, lokasi, dan
factor yang memperberat atau meringankan nyeri
Berikan waktu istirahat yang
cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Anjurkan minum banyak 2-3 liter
jika tidak ada kontra indikasi
Pantau haluaran urine terhadap
perubahan warna, bau dan pola berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan
pantau hasil urinalisis ulang
Berikan tindakan nyaman,
seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat
Berikan perawatan parineal
Kolaborasi :
Konsul dokter bila : sebelumnya
kuning gading urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih
berubah, sering berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing,
menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit
Berikan analgesic sesuia
kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Berikan antibiotic. Buat
berbagi variasi sediaan minum, termasuk air segar. Pemberian air sampai 2400
ml/hari
|
Rasa sakit yang hebat
menandakan adanya infeksi
Klien dapat istirahat dengan
tenang dan dapat merilekskan otot – otot
Untuk membantu klien dalam
berkemih
Untuk mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang di harapkan
Meningkatkan relaksasi,
menurunkan tegangan otot
Untuk mencegah kontaminasi
uretra
Temuan – temuan ini dapat
memberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas
Analgesic memblok lintasan
nyeri sehingga mengurangi nyeri
Akibat dari haluran urin
memudahkan berkemih sering dan membantu membilas saluran berkemih
|
Dp. 3 : Ansietas b.d hematuria,
kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan pengobatan
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam cemas pasien Hilang dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda gelisa
Batasan Karakteristik
: klien gelisah, tidak tenang, tanda vital abnormal, gelisah, ketakutan,
gangguan tidur.
Kriteria Hasil : tenang,
gelisa berkurang, ketakutan berkurang, dapat beristirahat, frekuensi nafas
12-24/menit
Intervensi :
No
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
2
3
4
|
Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Pantau tingkat kecemasan
Beri dorongan spiritual
Beri penjelasan tentang
penyakitnya
|
Agar klien mempunyai semangat
dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan
Untuk mengetahui berat
ringannya kecemasan klien
Agar klien kembali menyerahkan
sepenuhnya kepada tuhan YME
Agar klien mengerti sepenuhnya
dengan penyakit yang di alaminya.
|
D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi
pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil dari asuhan
keperawatan yang di berikan apakah sesuai dengan kriteria hasil ataukah masalah
belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M.
2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC
Tambayong, jan.
2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
http://acenkfik.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pielonefritis.html. Diakses
pada tanggal 22 Februari 2013
http://glizzer.wordpress.com/2009/05/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan/. Diakses
pada tanggal 22 februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar