WELCOMETO MY BLOG

Kamis, 25 April 2013

Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal/Chronic Kidney Desease


LANDASAN TEORITIS
GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)

A.    Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irevesibel dimana kemampuan tubuh ginjal untuk mempertahankan metabolesme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia ( retensi urea dawn sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448).

B.     Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel dari berbagai penyebab :
1.      Infeksi : pielonefritis kronik.
2.      Penyakit peradangan : glomerulonefritis.
3.      Penyakit vaskular hipertensif : nefroskeloris benigna, nefrosklerosisi maligna, stenosis arteria renalis.
4.      Gangguan jaringan penyambung : lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5.      Gangguan kongenital dan herediter : penyakit ginjal polikistik dan asidosis tubulus ginjal.
6.      Penyakit metabolik : diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
7.      Nefropati toksik : penyalahgunaan analgesik dan nefropati timbal.
8.      Nefropati obstruktif : saluran kemih bagian atas (kalkuli, eoplasma, fibrosis retroperitoneal) dan saluran kemih bagian bawah (hipertrofi prostat, striktur uretra, anomali kongenital apada leher kandung kemih dan uretra).

C.    Patofisiologi
Ada dua pendekatan teoritis yang biasa dipakai untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada GGK. Sudut pandang tradisional mengatakan bahwa semua unit nefron telah terserang penyakit namun dalam stadium yang berbeda-beda, dan bagian-bagian spesifik dari nefron yang berkaitan dengan fungsi tertentu dapat saja benar-benar rusak atau berubah strukturnya. Pendekatan kedua dikenal dengan nama hipotesis Bricker atau hipotesis nefron yang utuh yang berpendapat bahwa bila nefron terserang penyakit, maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal. Uremia kan timbul bilamana jumlah nefron sudah sedemikian berkurang sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat dipertahankan lagi. Hipotesis nefron yang utuh ini paling berguna untuk menjelaskan pola adaptasi fungsional pada penyakit ginjal progresif, yaitu kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit tubuh kendatipun ada penuruna GFR yang nyata.
Meskipun penyakit ginjal kronik terus berlanjut, namun jumlah solut yang harus dieksresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostatis tidaklah berubah, kendati jumlah nefron yang bertugas malakukan fungsi tersebut sudah menurun secara progresif. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk malaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron meskipun GFR untuk seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun dibawah nilai normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun akhirnya, kalau sekitar 75% massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban solut bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerulus tubulus tidak dapat lagi dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses ekskresi maupun proses konservasi solut dan air menjadi berkurang. Sedikit perubahan pada diet dapat mengubah keseimbangan yang rawan trsebut, karena makin rendah GFR semakin besar perubahan kecepatan ekskresi per nefron.

D.    Manifestasi Klinik
-       Gangguan pernapasan
-       Edema
-       Hipertensi
-       Anoreksia, nausea, vomitus
-       Stomatitis
-       Hematuria
-       Proteinuria
-       Pendarahan
-       Anemia
-       Turgor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit
-       Hiperkalemia
-       Asidosis metabolic

E.     Penatalaksanaan
1.      Dialysis
Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi. Gagal ginjal akut yang serius seperti hiperkelomia, perikarditis dan kejang perikarditis memperbaiki abnormal biokimia membantu penyembuhan luka dan menghilangkan kecenderungan perdarahan
2.      Penanganan hiperkelemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal kronik : hiprkelemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Hiperkelemia melalui serangkaian pameriksaan kadar elektrolit serum 5,5 mEg/L peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian sulfonat secara oral atau melalui retensi enema.
3.      Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan di dasarkan pada berat badan seharian, pengukuran tekanan vena sentral kosentrasi urin dan serum, cairan yang hilang. Tekanan darah dan status klinis pasien drainase lambung, feses, dan perspirasi di hitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.

F.     KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronik antara lain :
-       Hiperkalemia
-       Perikarditis
-       Hipertensi
-       Anemia
-       Penyakit tulang






ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK

A.    Pengkajian
1.      Identitas pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Tanggal pengkajian
No. Med. Rec
Diagnose Medis                : GGK ( gagal ginjal kronik )

2.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama
Biasanya badan tersa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia, hiperkelemia, anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis metabolik.
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien dengan GGK, memili riwayat hipertensi.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
GGK bukan merupakan penyakit keturunan, hanya tergantung pada pola hidup individu itu sendiri.
e.       Riwayat kesehatan lingkungan
Biasanya pasien sengan GGK memiliki lingkungan yang baik, tetapi tergantung dari pola hidupnya dilingkungan tersebut.
f.       Riwayat psikososial
Biasanya pasien dengan GGK memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar.
3.      Pola Kebutuhan Dasar Manusia, Menurut Gordon
a.       Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien dengan GGK mempunyai persepsi yang kurang baik terhadap kesehatannya. Dan biasanya pasien mengalami nyeri bersifat hilang timbul, lemah, mual dan terdapat udema.
b.      Pola-aktivitas latihan
Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan aktivitas, karena adanya kelemahan otot.
c.       Pola nutrisi metabolik
Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada pola nutrisi, yaitu mual, muntah, anoreksia yang disertai penurunan berat badan.
d.      Pola eliminasi
Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada eliminasi, mis : oliguria, diare/konstipasi, dan perut kambung.
e.       Pola tidur - istirahat
Biasanya padien dengan GGK, mengalami pola tidur.
f.       Pola kognitif – perseptual
Biasanya pasien dengan GGK, memiliki komunikasi yang baik dengan orang lain, pendengaran dan penglihatan baik dan tidak menggunakan alat bantu.
g.      Pola toleransi – koping stress
Biasanya pasien dengan GGK, dapat menerima keadaan penyakitnya.
h.      Persepsi diri / konsep diri
Biasanya pasien dengan GGK, tidak mengalami gangguan konsep diri.
i.        Pola seksual - reproduksi
Biasanya pasien dengan GGK, mengalami gangguan pada pola ini, sehubungan dengan kelemahan tubuh.
j.        Pola hubungan dan peran
Biasanya pasien dengan GGK, memiliki komunikasi dengan keluarga, perawat, dokter, dan lingkungan sekitar.

k.      Pola nilai dan keyakinan
Biasanya pasien dengan GGK, tidak mengalami gangguan dalam
pola nilai dan kayakinan.
 ASUHAN KEPARAWATAN

No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Kelebihan volume cairan sehubungan dengan disfungsi ginjal yang ditandai dengan :
DS : -
DO :
-       BB menurun
-       Terdapat udema pada ekstemitas
Volume cairan kembali normal setelah di berikan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil :
DS : -
DO :
-          BB kembali normal
-          Tidak ada udema
-          Catat pemasukan dan pengeluaran secara adekuat
-          Awasi berat jenis urin
-          Timbang berat badan dengan alat dan pakaian yang sama
-          Kaji kulit, wajah dan area udema
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
-          Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan
-          Mengukur kemampuan ginjal dalam mengkonsentrasi urin
-          Untuk pengawasan status cairan
-          Untuk mengidentivikasi akumulasi cairan lewat udema
-          Untuk mengatasi ketidak seimbangan volume cairan
2
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual, muntah dan anoreksia yang dintandai dengan :
DS : -
DO:
-          pasien tampak lemah
-          BB menurun
-          Mual, muntah
-          Anoreksia
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah diberikan tindakan keperawatan dengan criteria hasil :
DS : -
DO :
-          pasien tampak kuat
-          BB kembali normal
-          Tidak ada riwayat mual, muntah
-          Napsu makan meningkat
-          Kaji dan catat pemasukan makanan
-          Berikan porsi makan sedikit tapi sering
-          Berikan orang terdekat daftar makanan yang diizinkan
-          Timbang BB pasien
-          Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi

-          Membantu dalam mengidentivikasi kebutuhan makanan pasien
-          Meminimalkan mual, muntah dan anoreksia
-          Memberikan pasien tindakan control dalam pembatasan diit. Makanan dari rumah dapat meningkatkan napsu makan.
-          Dapat menunjukan perubahan kebutuhan nutrisi
-          Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi  dalam pembatasan serta menentukan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama, volume sekuncup. di tandai  dengan :
DS : -
DO:
-          TTV tidak normal
Mempertahankan curah jantung setelah diberikan tindakan perawatan dengan kriteria hasil :
DS : -
DO :
-          TTV kembali normal
-          Awasi tekanan darah dan frekuensi jantung
-          Kaji warna kulit, membran mukosa dan kuku
-          Perhatikan tirah baring, dorong untuk intirahat dan bantu aktivitas yang diinginkan pasien
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk memperbaiki curah jantung
-          Kelebihan volume cairan disertai dengan hipertensi meningkatkan kerja jantung dan dapar terjadi gagal jantung
-          Pucat, seanosis, berhubungan dengan gagal jantung
-          Menurunkan konsumsi oksigen dan kerja jantung
-          Pemberian obat dapat memperbaiki curah jantung
4
Keletihan sehubungan dengan penurunan produksi energy yang ditandai dengan :
DS : -
DO :
-          ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas
Keletihan pasien dapat teratasi setelah diberikan tindakan perawatan dengan criteria hasil :
DS : -
DO :
-          pasien mampu melakukan aktivitas
-          evaluasi laporan keletihan, kesulitan melaksanakan tugas
-          rencanakan periode istirahat yang adekuat
-          berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari
-          awasi kadar elektrolit termasuk kalsium, magnesium dan kalium
-          menentukan derajat dari efek ketidakmampuan
-          mencegah keletihan berlebihan dan menyimpan energy untuk penyembuhan
-          memungkinkan berlanjutnya ektivitas dan memberikan keamanan bagi pasien
-          ketidakseimbangan dapat mengganggu neuro muscular yang memerlukan peningkatan penggunaan energy untuk menyelesaikan tugas dan potensial rasa lelah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar