KATA PENGANTAR
Segala puji syukur di panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan tuntunan-Nya yang Ia berikan
sehingga tugas modul ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun tujuan
penulisan tugas ini untuk memenuhi tugas Kegawatdaruratan Kardiovaskuler dan juga memberikan informasi
tentang apa dan bagaimana Shock Kardiogenik dan juga bagaimana cara pengobatan
dan cara pencegahannya. Sebagai manusia yang tak sempurna, kami menyadari adanya kekurangan dan kesalahan,dalam
penulisan tugas ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Manado, Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
1.2 TUJUAN
1.3 METODE PENULISAN
BAB II ISI
2.1
PENGERTIAN SHOCK
2.2
KLASIFIKASI SHOCK
2.3
PATOGENESIS DAN RESPON ORGAN
2.4
BENTIK SPESIFIK SHOCK
BAB III PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Syok merupakan suatu
keadaan kegawat daruratan yang ditandai dengan kegagalan perfusi darah ke
jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan metabolisme sel. Dalam keadaan
berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat dipulihkan kembali (syok
ireversibel), oleh karena itu penting untuk mengenali
keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala dini yang
berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk selanjutnya
dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai.
satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam
jiwa penderitanya adalah syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini
terjadi suatu keadaan yang diakibatkan oleh karena tidak cukupnya curah
jantung untuk mempertahankan fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi
otot jantung. Hal ini merupakan suatu keadaan gawat yang membutuhkan
penanganan yang cepat dan tepat, bahkan dengan penanganan yang agresif pun
angka kematiannya tetap tinggi yaitu antara 80-90%. Penanganan yang cepat
dan tepat pada penderita syokkardiogenik ini mengambil peranan penting di dalam
pengelolaan/penatalaksanaan pasien guna menyelamatkan jiwanya dari ancaman
kematian.
Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh
karena infark jantung akut dan kemungkinan terjadinya pada infark akut
5-10%. Syok merupakan komplikasi infark yang paling ditakuti karena
mempunyai mortalitas yang sangat tinggi. Walaupun akhir-akhir ini angka
kematian dapat diturunkan sampai 56% (GUSTO), syok kardiogenik masih
merupakan penyebab kematian yang terpenting pada pasien infark yang
dirawat di rumah sakit.
1.2 TUJUAN PENULISAN
·
Mengetahui macam-macan shock
·
Memahami tentang shock kardiogenik
·
Pengertian shock kardiogenik
·
Tanda gejala n shock kardiogenik
·
Penyebab shock kardiogenik
·
Patofisiologi dan pathway
·
Penatalaksanaan shock kardiogenik
·
Komplikasi
BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN SHOCK
Shock adalah
suatu sindroma klinis dari adanya perfusi jaringan yang tidak
adekuat.Hipoperfusi jaringan ini akan menyebabkan ketidakseimbangan antara
pasokan dan kebutuhan akan oksigen dan zat-zat lainnya sehingga
mengakibatkan disfungsi seluler.Kerusakan pada tingkat seluler ini akan
menyebabkan dikeluarkannya mediator-mediator inflamasi yang akan semakin
mengganggu perfusi melalui perubahan fungsional dan structural dari
mikrovaskular.Hal ini akan terus berlangsung menjadi seperti suatu lingkaran
setan yang apabila tidak ditangani secara tepat akan mengakibatkan suatu
multiple organ failure sampai suatu kematian.Manifestasi klinis dari shock
dapat berupa respon simpatik atau tanda-tanda disfungsi organ dan biasanya
terdapat hipotensi ( mean arterial pressure < 60 mmHg )
Ada beberapa
macam klasifikasi shock yang dapat dilihat pada tabel 1 ,kadang kala dapat saja
terjadi dalam satu penderita mengalami lebih dari satu macam shock.
2.2 KLASIFIKASI SHOCK
Hypovolemia Septik
Traumatik Hiperdinamik
Kardiogenik Hipodinamik
Intrinsik Neurogenik
Kompresif Hipoadrenal
2.3 PATOGENESIS
DAN RESPON ORGAN
Ø
Mikrosirkulasi
Normalnya ketika cardiac output turun,resistensi vascular sistemik naik untuk
menjaga perfusi ke jantung dan otak cukup melebihi perfusi ke ogan lain yang
tidak terlalu penting.Autoregulasi merupakan mekanisme yang penting dalam
memelihara tekanan perfusi koroner dan dan otak selama terjadinya
hipotensi.Namun ketika mean arterial pressure turun sampai < 60 mmHg
mekanisme autoregulasi ini tidak berfungsi.
Otot polos pada arterial memiliki alpha dan beta
adrenergik resptor.Reseptor alpha1 menyebabkan vasokonstriksi sedangkan
reseptor beta2 menyebabkan vasodilatasi. Epinephrine dan norepinephrine yang
dilepaskan dari medulla adrenal konsentrasinya meningkat di dalam
darah.Demikian pula vasokonstriktor lainnya seperti angiotensin
II,vasopresin,endhotelin-1 dan Tromboksan A2..Sedangkan yang merupakan
vasodilator adalah prostasiklin(PGI2),nitric oxide(NO) dan produk metabolisme
local seperti adenosin.
Respon normal terhadap hipovolemia adalah berupa
restitusi volume intravaskular melalui perubahan tekanan hidrostatik dan
osmolaritas.
Ø Respon seluler
Terdapat akumulasi produk dari metabolime anaerob
seperti ion hydrogen dan laktat yang bersifat sebagai vasodilator
menyebabkan tekanan darah dan perfusi semakin turun.Potensial membran sel
turun,konsentrasi sodium dan dair intrasel meningkat yang akan semakin
mempengaruhi perfusi mikrovaskular.
Ø Respon neuroendokrin
Hipovolemia,hipotensi dan hipoksia direspon oleh
baroresptor dan khemoreseptor dengan peningkatan respon autonom dalam uasahanya
untuk meningkatkan volume darah,memelihara perfusi sentraldan mobilisasi
substrat metabolic.Hipotensi menyebabkan gangguan pada pusat vasomotor yang
mengakibatkan peningkatan output adrenergik dan menurunkan aktivitas
vagal.Pelepasan norepinephrine akan menyebabkan terpeliharanya perfusi organ
penting sementara penurunan aktivitas vagal akan meningkatkan heart rate dan
cardiac output.Efek dari epinephrine sebagian besar bersifat metabolic dimana
terjadi peningkatan glycogenolisis dan gluconeogenesis serta penurunan sekresi
insulin pancreas.Nyeri hebat dan stress berat lainnya menyebabkan pelepepasan
adrenocorticotropic dari hipotalamus.Hal ini menyebabkan seresi cortisol yang
akan menurunkan uptake glukosa dan asam amino di perifer,meningkatkan lipolisis
dan meningkatkan glukoneogenesis.Peningkatan sekresi pancreas berupa glucagons
selama stress akan meningkatkan glukoneogenesis dan konsentrasi gula darah.
Pelepasan renin akan menyebabkan pembentukan
angiotensin II ,aldosteron dan vasopresin.
Ø Respon kardiovaskular
Peningkatan heart rate merupakan mekanisme yang sangat
berguna namun sangat terbatas dalam memelihara cardiac output.Kontraktilitas
miokard dan resistensi vascular sistemik juga memegang peranan penting dalam
memelihara cardiac output.
Venokonstriksi akibat aktivitas alpha adrenergik akan
menyebabkan peningkatan venour return jadi juga meningkatkan pengisian ventrikel
selama shock.Venodilatasi yang timbul pada neurogenik shock akan menurunkan
pengisian ventrikel dan stroke volume.
Ø Respon pulmoner
Shock akan menyebabkan takipnoe,penurunan tidal
volume,peningkatan dead space dan ventilasi semenit.Shock sering menyebabkan
ARDS.
Respon renal
Acute Renal Failure (ARF) merupakan komplikasi serius
dari shock.Acute Tubular Necrosis(ATN) yang terjadi akibat shock,sepsis,agen
nefrotoksik dan rhabdomiolisis sering terjadi pada trauma tulang yang berat.
Gangguan metabolic
Selama shock akan terjadi gangguan pada metabolisme
karbohidrat,lemak dan protein.Peningkatan rasio laktat/piruvat akibat
metabolisme anaerob sering terjadi.Peningkatan lipogenesis akan menyebabkan
peningkatan trigliserida sedangkan katabolisme protein akan menyebabkan balans
nitrogen yang negatif.
Ø Respon inflamasi
Aktivasi dari jaringan system mediator proinflamasi
memainkan peranan penting dalam progresivitas shock dan menyebbkan cedera organ
dan sel.Mediator humoral diaktivasi selama shock dan cedera jaringan.Aktivasi
kaskade komplemen akan menyebabkan kerusakan sel lebih lanjut demikian pula
kaskade koagulasi akan menyebabkan cedera mikrovaskuler.
Tromboxan A2 adalah vasokonstriktor yang akan
menyebabkan hipertensi pulmoner dan ATN.PGI2 dan Prostaglandin E2 adalah
vasodilator yang akan mengakibatkan edema.Tumor Necrosis Factor (TNF) alpha
menghasilakan berbagai komponen yang mengakibatkan hipotensi,asidosis laktat
dan gagal nafas.
PENDEKATAN TERHADAP PASIEN
Monitoring
Tekanan
darah,nadi dan respirasi harus dimonitor terus.Kateter arteri pulmoner
sebaiknya dipasang untuk monitor profil hemodinamik.
Resusitasi pada shock sangat penting dengan tujuan
untuk memperbaiki perfusi jaringan dan hantaran oksigen.Tujuan terapi adalah
mencapai nilai normal saturasi oksigen vena dan oksigen arteri venosa.Untuk
meningkatkan hantaran oksigen,sel darah merah,saturasi oksigen dan cardiac
output harus ditambahkan terus menerus.
2.4 BENTUK
SPESIFIK SHOCK
a.
SHOCK HIPOVOLEMIK
Shock yang disebabkan kehilangan sel darah merah dan plasma karena perdarahan
atau sekuesterisasi cairan ekstravaskular atau gastrointestinal,urine dan
insensible loss.Tanda dan gejala shock non hemoragik dengan hemoragik sama
berupa peningkatan aktivitas simpatik,hiperventilasi,kolaps vena,pelepasana
hormon stress dan ekspansi volume intravaskular melalui pengambilan cairan
intraseluler dan interstitial serta takikardi ringan.
Hipovolemi ringan ( < 20 % ) ditandai dengan takikardi ringan.Hipovolemi
sedang ( 20-40 % ) ditandai dengan cemas ,takikardi dan hipotensi
postural.Hipovolemi berat ( > 40 % ) tanda klasik shock akan
terlihat,penurunan tekanan darah yang cepat dan tidak stabil,takikardi,oliguri
and agitasi ataupun bingung
v Diagnosis
Mudah
didiagnosa jika tanda instabilitas hemodinamika dan sumber hilangnya cairan
nyata.,diagnosa menjadi sulit jika sumbernya tersembunyi Nilai Hb dan Ht belum
berubah sampai kompensasi cairan terjadi atau penambahan cairan
diberikan.Kehilangan plasma menyebabkan hemokonsentrasi dan kehilangan air
menyebabkan hipernatremia.
v Terapi
Resusitasi
awal dengan infus garam isotonis atau Ringer Laktat sebanyak 2-3 liter dalam
10-30 menit.Instabilitas hemodinamikyang berlanjut berarti shock belum
etratasi.Hb < 10 g/dL memerlukan transfusi darah,inotropik diperlukan pada
shock yang berat.Oksigen dan intubasi endotrakeal diperlukan agar oksigenasi
arteri baik.
b.
SHOCK TRAUMATIK
Shock ini
menyebabkan cedera mikrosirkulasi sekunder dan maldistribusi aliran darah
sehingga dapat menyebabkan kegagalan system organ.Sebagai contoh tamponade
pericardium,tension pneumothorax atau kontusio miokard.
Terapi berupa penanganan ABC ( airway,breathing,circulation ) mutlak
diperlukan.Stabilisasi fraktur,debridement dan evakuasi hematom dapat
mengurangi respon inflamasi.
c.
SHOCK SEPTIK
Disebabkan
oleh respon sistemik terhadap infeksi yang berat yang berasal dari paru,abdomen
dan saluran kencing.Tanda klinisnya adalah hasil gabungan perubahan metabolic
dan sirkulasi serta akibat pelepasan komponen toxic organisme.Perubahan
hemodinamik mengikuti dua pola khas yaitu pola hiperdinamik pada awalnya dan
pola hipodinamik pada akhirnya.
Respon
hiperdinamik berupa takikardi,cardiac output normal,tahanan vascular sistemik
menurun sedangkan tahanan vascular paru meningkat.Kontraktilitas miokard
menurun.
Respon
hipodinamik berupa vasokonstriksi dan cardiac output menurun.Pasien biasanya
takipnoe,demam,diaforesis,dingin dan sianosis.Oliguria,gagal ginjal dan
hipotermi mungkin mengakibatkan peningkatan serum laktat.
d.
SHOCK NEUROGENIK
Cedera korda
spinalis,anestesi spinal atau cedera kepala berat dapat menyebabkan shock jenis
ini.Dilatasi alveolar dan vasodilatasi dapat menyebabkan pengumpulan darah
dalam vena dengan akibat penurunan venous return dan cardiac output.Berbeda
dengan shock hipovolemi,pada shock jenis ini extremitas menjadi hangat.Terapi
meliputi koreksi hipovolemi relatif dan hilangnya tonus vasomotor yang
terjadai.Volume dalam jumlah besar serta norepinephrine mungkin diperlukan.
e.
SHOCK HIPOADRENAL
Insufisiensi
adrenal dapat terjadi akibar stress,pemberian steroid dosis tinggi atau keadaan
lain seperti atrofi idiopatik,TBC dan lain-lain.Diagnosis ditegakkan dengan
test stimulasi ACTH.Terapinya adalah dexametason 4 mg iv .resusitasi cairan dan
dengan bantuan vasopressor.
v TERAPI TAMBAHAN
v Posisi
Posisi
Trendelenburg atau dengan mengangkat kaki dapat berguna tetapi hati-hati bahaya
aspirasi.
v Pneumatic Antishock Garment (PASG)
Biasanya
digunakan untuk evakuasi sebelum dibawa ke rumah sakit untuk bantuan
hemodinamik sentral.PASG akan meningkatkan tahanan vascular sistemik dan
tekanan darah tanpa merubah cardiac output.
v Pemanasan
Pemanasan
yang cepat dapat menurunkan kebutuhan akan darah dan memperbaiki fungsi
jantung.Metode yang paling efektif adalah pemanasan ekstrakorporal arteri
femoral dan kanulasi vena.Dapat menaikkan suhu dari 30 derajat sampai 36
derajat dalam waktu kurang dari 30 menit.
f.
SHOCK KARDIOGENIK
v Pengertian
Syok kardiogenik didefinisikan
sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi jaringan yang diakibatkan oleh gagal
jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada definisi yang jelas dari parameter
hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan
tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri
rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5
ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa
adanya kongesti organ. Tidak ada batas yang jelas antara sindrom curah jantung
rendah dengan syok kerdiogenik. (www.fkuii.org)
Syok kardiogenik merupakan
stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif, terjadi
bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung kehilangan
kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi
jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal).
Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok
kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga
terajdi pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia.
(Brunner & Suddarth, 2001)
Syok
kardiogenik adalah dyok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak
adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik
jantung, manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin,
nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland,
1998)
v Etiologi/Penyebab
1. Gangguan
kontraktilitas miokardium.
2. Disfungsi
ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru dan/atau
hipoperfusi iskemik
3. Infark miokard
akut ( AMI)
4. Komplikasi
dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur septum, atau
infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat) syok
kardiogenik pada pasien dengan infark-infark yang lebih kecil
5. Valvular
stenosis
6. Myocarditis (
inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
7. Cardiomyopathy
( myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak diketahui penyebabnya )
8. Trauma jantung
9. Temponade
jantung akut
10. Komplikasi bedah jantung
v Manifestasi Klinis
1. Nyeri dada
yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat,
danapprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)
2. Hipoperfusi
jaringan
3. Keadaan mental
tertekan/depresi
4. Anggota gerak
teraba dingin
5. Keluaran
(output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria).
6. takikardi
(detak jantung yang cepat,yakni > 100x/menit)
7. Nadi teraba
lemah dan cepat, berkisar antara 90–110 kali/menit
8. Hipotensi :
tekanan darah sistol kurang dari 80 mmHg
9. Diaphoresis
(diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis, perspirasi)
10. Distensi vena jugularis
11. Indeks jantung kurang dari 2,2
L/menit/m2.
12. Tekanan pulmonary artery wedge lebih
dari 18 mmHg.
13. Suara nafas dapat terdengar jelas
dari edem paru akut
Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik
adalah berdasarkan :
A. Keluhan Pokok
1. Oliguri (urin
< 20 mL/jam).
2. Mungkin ada
hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
3. Nyeri
substernal seperti IMA.
B. Tanda Penting
1. Tensi turun
< 80-90 mmHg
2. Takipneu dan
dalam
3. Takikardi
4. Nadi cepat
5. Tanda-tanda
bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
6. Bunyi jantung
sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
7. Sianosis
8. Diaforesis
(mandi keringat)
9. Ekstremitas
dingin
10. Perubahan mental
C. Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
1. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
1. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
2. Produksi urin
< 20 mL/jam.
3. Tekanan
vena sentral > 10 mmH2O
4. Ada
tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi
v Patofisiologi
Tanda dan gejala syok
kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal jantung. Kerusakan
jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang pada gilirannya menurunkan
tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner
berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya
meningkatkan iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk
memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan.
Tanda klasik syok
kardiogenik adalah tekanan darah rendah,
nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi
dan agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.
v Pathway
v Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :
1. Pastikan jalan
nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
2. Berikan oksigen 8
– 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk mempertahankan PO2 70 – 120
mmHg
3. Rasa nyeri
akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi dengan
pemberian morfin.
4. Koreksi
hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
5. Bila mungkin
pasang CVP.
6. Pemasangan
kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.
Medikamentosa :
1. Morfin sulfat
4-8 mg IV, bila nyeri
2. ansietas, bila
cemas
3. Digitalis,
bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
4. Sulfas
atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
5. Dopamin dan
dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak adekuat
Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6. Dobutamin
2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.
7. Norepinefrin
2-20 mikrogram/kg/m
8. Diuretik/furosemid
40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan. Digitalis bila ada
fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
v Pemeriksaan Penunjang
1. EKG;
mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan
kerusakan pola.
2. ECG;
mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel
hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3. Rontgen dada;
Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi
bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
4. Scan Jantung;
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
5. Kateterisasi
jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji
potensi arteri koroner.
6. Elektrolit;
mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretic.
7. Oksimetri
nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
8. AGD; Gagal
ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung;
meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,misalnya infark
miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH,
isoenzim LDH).
v Komplikasi
1. Cardiopulmonary
arrest
2. Disritmi
3. Gagal
multisistem organ
5. Tromboemboli
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Shock adalah
suatu sindroma klinis dari adanya perfusi jaringan yang tidak adekuat. Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya
tanda-tanda hipoperfusi jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah
preload dikoreksi. Tidak ada definisi yang jelas dari parameter hemodinamik,
akan tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah
(sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih
dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam)
dengan laju nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti
organ. Tidak ada batas yang jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan
syok kerdiogenik.
Tanda dan gejala syok
kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal jantung. Kerusakan
jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang pada gilirannya menurunkan
tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner
berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya
meningkatkan iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk
memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan.
Tanda klasik syok
kardiogenik adalah tekanan darah rendah,
nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi
dan agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.
3.2 SARAN
Dalam
penulisan modul ini masih banyak lagi informasi tentang shock kardiogenik yang
belum di jelaskan dengan lengkap, untuk itu penyusun mengharapkan agar pembaca
mencari informasi yang lebih lengkap lagi agar informasi tentang shock dapat
bertambah.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.syok kardiogenik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar