BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gagal jantung atau biasa
disebut decompensasi cordis adalah suatu
keadaan pathologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung terjadi akibat penyakit atau keadaan –keadaan
pathologis pada jantung itu sendiri maupun penyakit pada sistim peredaran darah
(Noer,1996).
Penyebab
yang paling sering pada gagal jantung adalah Coronari Arteri deases (CAD),
hipertensi, penyakit jantung reumatik, Acut Miocard Infark( AMI), Disretmia,
Conginetal Heart Deases (penyakit jantung bawaan), bakterial endokarditis, dan anemia. Gagal jantung dapat disebabkan
oleh berbagai macam penyakit jantung,
meskipun demikian tidak semua penyakit jantung harus disertai dengan kegagalan
jantung dalam melakukan fungsinya sebagai pompa. Jantung yang lemah masih dapat
memompakan darah dalam jumlah yang cukup bila penderita dalam keadaan
istirahat, tetapi tidak mampu lagi bila ada beban tambahan akibat kegiatan, kehamilan,
demam dan lain-lain. .
Faktor-faktor
pencetus adalah infeksi pada paru-paru,
anemia akut atau menahun, tidak teratur minum obat jantung atau obat
diuretic, terjadi infark jantung yang berulang, melakukan pekerjaan berat apa
lagi mendadak (lari, naik tangga), stress emosional, hipertensi yang tidak
terkontrol (Noer,1996).
Payah
jantung dapat dimanifestasikan sebagai “Forward-Failure” misalnya pada infark
miocard dimana curah jantung menurun atau berkurang atau dapat bermanifestasi
sebagai “Backward-Failure”, dimana terjadi kegagalan ventrikel kanan sebagai
akibat dari kegagalan ventrikel kiri. Dalam hal ini terjadi peninggian tekanan
di dalam atrium kiri dan pembendungan vena pulmonal dengan tanda napas sesak,
oedema paru dan lain-lain (Toja,1989).
Payah
jantung dapat di temukan pada tingkat permulaan sampai pada tingkat yang berat.
Gagal jantung dapat diklasifikasikan berdasarkan beratnya gejala yang
timbul, meskipun klasifikasi ini tidak
tepat benar akan tetapi dalam klinik sangat bermanfaat terutama dalam menilai
hasil therapi. Klasifikasi yang banyak digunakan adalah dari New York Heart Association Classification
(NYHA )1994. NYHA mengklasifikasikan, gagal jantung Class 1 : Berupa keadaan
klien dalam aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan sesak napas atau
kelelahan. Class 2 : Penderita penyakit jantung saat istirahat tidak ada
keluhan namun bila melakukan aktifitas harian menimbulkan sesak napas dan
kelelahan. Class 3 : Saat istirahat tidak ada keluhan. Aktifitas fisik yang
lebih ringan dari aktifitas sehari-hari sudah menimbulkan sesak napas dan
kelelahan. Class 4 : Penderita tidak mampu melakukan aktifitas fisik. Gejala-
gejala gagal jantung sudah nampak pada
saat penderita istirahat dan setiap aktifitas fisik menambah beratnya keluhan(Sutomo,2003).
Penyebab
disfungsi pada gagal jantung yaitu ketidakmampuan jantung berfungsi sebagai
pompa namun perubahan pada mekanisme fisiologis dasar preload (pengisian darah
saat ventrikel relaksasi/derajat regangan serabut otot jantung sebelum kontraksi)
dan Strouk Volume (Jumlah darah yang di
pompa oleh ventrikel pada setiap kali ventrikel kontraksi) turut berpengaruh
terhadap keadaan pathologis gagal jantung. Akibat dari jantung yang gagal
melakukan pompa maka akan terjadi beberapa mekanisme kompensasi berupa
pengaktifan saraf simpatik. Peningkatan kerja simpatik mewakili respons awal
terhadap penurunan cardiac out put. Rangsangan ini menyebabkan pacu jantung
meningkat. Rangsangan ini juga menyebabkan terjadinya tahanan di vaskuler
perifer, Akibatnya tonus vena meningkat, dengan meningkatkan tahanan sistemik
vaskuler dapat memperbaiki/meningkatkan
venus return, sehingga pengisian ventrikel meningkat. Kompensasi yang lain pada
ginjal. Akibat penurunan perfusi ke ginjal maka akan terjadi penurunan filtrasi
pada glomerolus dan merangsang mekanisme renin angiotensin. Renin angiotensin
yang akan mengakibatkan pelepasan aldosteron meningkat sehingga terjadi retensi
air dan natrium.
Gagal
Jantung dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal
jantung kiri terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel kiri yang
menyebabkan darah kembali ke atrium kiri
kemudian ke paru-paru sehingga menaikan tekanan
kapiler paru-paru. Akibatnya terjadi peningkatan tekanan koloid osmotic
kapiler paru dan cairan akan bocor ke ruang intestisil, lalu ke alveoli.
Hasilnya adalah terjadi hipoksia karena pertukaran oksigen yang buruk. Ketika terjadi hipertensi
jantung harus memompa darah melawan tekanan arterial yang tinggi. Keadaan
tersebut dapat berakibat terjadi
hipertropi ventrikel kiri. Otot-otot yang hipertropi mempunyai daya konstraksi
yang jelek dan lama kelamaan akan menyebabkan kegagalan. Kelainan pada katub aortic yang stenosis
membuat jantung harus memompa lebih kuat untuk mengirim darah ke seluruh tubuh.
Keadaan ini akan membuat otot jantung menjadi hipertropi dan daya kontraksinya
akan jadi buruk. Demikian juga jika ada kebocoran pada katub aortic.
Gagal
Jantung kanan terjadi bila curah ventrikel kanan kurang dari masukan vena
sistemik. Sebagai akibatnya, vena sistemik terbendung dan curah ke paru-paru
menurun. Penyebab utama adalah gagal jantung kiri, yang menyebabkan peningkatan
tekanan pulmonary sehingga ventrikel kanan bertambah bebannya. Selain itu
penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) dan
embolus pulmoner dapat
menimbulkan gagal jantung kanan. Gagal jantung kanan yang disebabkan oleh
hipertensi pulmoner ini di sebut Cor Pulmonale (Tambayong, 2000).
1.4.
RUANG LINGKUP
Dalam
penulisan makalh ini memakai ruang lingkup keperawatan khususnya dalam
pembuatan asuhan keperawatan.
1.3. TUJUAN
Tujuan
penulisan laporan ini adalah :
1.2.1.
Tujuan Umum
Agar
mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang ilmiah dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien gagal jantung dengan menggunakan pendekatan proses
perawatan.
1.2.2.
Tujuan khusus
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi dan
menganalisa data, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan,
mengimplementasikan tindakan sesuai rencana dan mengevaluasi asuhan keperawatan
pada pasien dengan gagal jantung serta memberikan pendidikan kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 PENGERTIAN
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam
upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr.
Ahmad ramali.1994)
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan
fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penuruqnan fungsi pompa jantung
(Tabrani, 1998; Price, 1995).
2.2 ETIOLOGI
Mekanisme fisiologis yang
menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang
meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas
miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan
cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi
stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat
menurun pada infark miokard atau kardiomiyopati.
Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan
pengisisan ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler), gangguan pada pengisian
dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari
seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap
kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam
sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil (Price. Sylvia
A, 1995).
2.3
PATOFISIOLOGI
Kelainan intrinsik pada
kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung
iskemik,mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif.Kontraktilitas
ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup,dan meningkatkan volume
residu ventrikel.
Sebagai respon terhadap gagal jantung,ada tiga mekanisme primer yang dapat
dilihat:
1) meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik
2) Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin
aldosteron,dan
3) Hipertrofi ventrikel.Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha
untuk mempertahankan curah jantung.
Kelainan pad kerja ventrikel
dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas.Dengan
berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.
Meurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatik
kompensatorik.Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik merangang pengeluaran
katekolamin dari saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal.Denyut
jantuing dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah
jantung.Juga terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan
arteria dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ
organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal,agar perfusi ke
jantung dan otak dapat dipertahankan
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa
di antaranya:
1) penurunan aliran darah ginjal an akhirnya laju filtrasi glomerulus,
2) pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus,
3)interaksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan
angiotensin I,
4) konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,
5) Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal, dan
6) retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul
Respon kompensatorik terakhir
pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya tebal
dinding. Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel
miokardium;tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal
jantung,sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial.Respon miokardium
terhadap beban volume,seperti pada regurgitasi aorta,ditandai dengan dilatasi
dan bertambahnya tebal dinding.
2.4
KLASIFIKASI
‘ Berdasarkan bagian jantung yang
mengalami kegagalan pemompaan,gagal jantung terbagi atas gagal jantung
kiri,gagal jantung kanan,dan gagal jantung kongestif.
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort,fatigue,ortopnea,dispnea
nocturnal paroksismal,batuk,pembesaran jantung,irama derap,ventricular
heaving,bunyi derap S3 dan S4,pernapasan cheyne stokes,takikardi,pulsusu
alternans,ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.
Pada gagal jantung kanan timbul edema,liver engorgement,anoreksia,dan
kembung.Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi jantung kanan,heaving
ventrikel kanan,irama derap atrium kanan,murmur,tanda tanda penyakit paru
kronik,tekanan vena jugularis meningkat,bunyi P2
mengeras,asites,hidrothoraks,peningkatan tekanan vena,hepatomegali,dan pitting
edema.
Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri
dan kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional
dalam 4 kelas :
- Kelas 1;Bila pasien dapat
melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
- Kelas 2;Bila pasien tidak dapat
melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
- Kelas 3;Bila pasien tidak dapat
melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
- Kelas 4;Bila pasien sama sekali
tidak dapat melakukan aktivits apapun dan harus tirah baring.
2.5 TANDA DAN
GEJALA
Dampak dari cardiak output dan
kongesti yang terjadi sisitem vena atau sisitem pulmonal antara lain :
- Lelah
- Angina
- Cemas
- Oliguri. Penurunan aktifitas GI
- Kulit dingin dan pucat
Tanda dan
gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri, antara lain :
- Dyppnea
- Batuk
- Orthopea
- Reles paru
- Hasil x-ray memperlihatkan
kongesti paru.
Tanda-tanda
dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
- Edema perifer
- Distensi vena leher
- Hari membesar
- Peningkatan central venous
pressure (CPV)
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto polos dada
- Proyeksi A-P; konus pulmonalis
menonjol, pinggang jantung hilang, cefalisasi arteria pulmonalis.
- Proyeksi RAO; tampak adanya
tanda-tanda pembesaran atrium
kiri dan pembesaran ventrikel kanan.
- EKG
Irama
sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta
berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambaran
atrium fibrilasi.
- Kateterisasi jantung dan Sine
Angiografi
Didapatkan
gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada saat distol. Selain
itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi pulmonal. Dengan mengetahui
frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara atrium kiri
dan ventrikel kiri maka dapat dihitung luas katup mitral.
2.7 PENATALAKSANAAN
Gagal jantung ditangani dengan
tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif
terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium,baik secara
sendiri-sendiri maupun secara gabungan dari :
1) beban awal,
2) kontraktilitas,dan
3) beban akhir.
Prinsip penatalaksanaan gagal jantung :
1.Menigkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2
melalui istirahat/pembatasan aktivitas.
2.Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
Mengatasi keadaan yang reversible,termasuk tirotoksikosis,miksedema,dan
aritmia.
Digitalisasi ;
1.Dosis digitalis :
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 – 2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam
dan dilanjutkan 2 x 0.5 mg selama 2-4 hari
Digoksin iv 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
Cedilanid iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jam.
2.Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari.Untuk pasien
usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan
3.Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
4.Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat :
Digoksin 1-1,5 mg iv perlahan lahan
Cedilanid 04-0,8 mg iv perlahan lahan.
3.Menurunkan beban jantung
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam,diuretic dan vasodilator
a)Diet rendah garam
Pada gagal jantung dengan NYHA
kelas IV,penggunaan diuretic,digoksin dan penghambat angiotensin converting enzyme
(ACE),diperlukan mengingat usia harapan hidup yang pendek.Untuk gagal jantung
kelas II dan III diberikan ;
1) Diuretik dalam dosis rendah atau menengah (furosemid 40-80 mg)
2) Digoksin pada pasien dengan fibrilasi atrium maupun kelainan sinus
3) Penghambat ACE (captopril mulai dari dosis 2 X 6,25 mg atau setara
penghambat ACE yang lain,dosis ditingkatkan secara bertahap dengan
memperhatikan tekanan darah pasien); isorbid dinitrat (ISDN) pada pasien dengan
kemampuan aktivitas yang terganggu atau adanya iskemia yang menetap,dosis
dimulai 3 X 10-15 mg.Semua obat harus dititrasi secara bertahap.
b)Diuretik
Yang digunakan furosemid 40-80
mg.Dosis penunjang rata-rata 20 mg.Efek samping berupa hipokalemia dapat
diatasi dengan suplai garam kalium atau diganti dengan spironolakton.Diuretik
lain yang dapat digunakan antara lain
hidroklorotiazid,klortalidon,triamteren,amilorid,dan asam etakrinat.
Dampak diuretic yang mengurangi beban awal tidak mengurangi curah jantung atau
kelangsungan ,tapi merupakan pengobatan garis pertama karena mengurangi gejala
dan pengobatan dan perawatan di rumah sakit.Penggunaan penghambat ACE bersama
diuretic hemat kalium harus berhati hati karena memungkinkan timbulnya
hiperkalemia.
c)Vasodilator
1)Nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 μg/kg BB/menit iv.
2)Nitroprusid 0,5-1 μg/kgBB/menit iv
3)Prazosin per oral 2-5 mg
4)Penghambat ACE: kaptopril 2 X 6,25 mg.
2.8 KASUS
Kasus ini diambil di ambil di RSUD
Prof.Dr.W.Z.Johanes Kupang ruangan II Wanita Kamar G 4, Masuk Rumah Sakit tanggal
25 maret 2005 dengan diagnosa Decompensasi Cordis, Informasi didapat pada
tanggal 31 maret 2005.
2.8.1.
PENGKAJIAN
A.
Identitas
klien :
·
Nama :
Ny. Y
·
Umur :
38 tahun
·
Jenis Kelamin :
Perempuan
·
Alamat :
Oebobo
·
Status Perkawinan :
Menikah
·
Agama :
Kristen Protestan
·
Suku :
Timor
·
Pendidikan :
SMK
·
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
·
Tgl MRS :
25 Maret 2005
·
Tgl Pengkajian :
31 Maret 2005
·
Sumber informasi :
Klien, keluarga, catatan medis
B.
Keluhan utama
Napas sesak, nyeri ulu hati, kaki
bengkak dan kalau bekerja cepat capek.
C.
Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan Masuk rumah sakit
kali ini adalah yang ketiga. Klien pernah masuk rumah sakit dengan keluhan
“napas sesak”, badan bengkak terutama kaki dan perut. Masuk rumah sakit terakhir
adalah enam bulan yang lalu dengan keluhan kaki bengkak dan tangan kanan tidak
bisa diangkat dan karena sudah sembuh sehingga di pulangkan. Setelah pulang
dari RS klien di rumah tidak kerja hanya bantu masak dan mencuci. Kegiatan ini
dilakukan tapi cepat capeh dan napas mulai sesak. Pernah berobat di dokter
praktek namun obat habis dan tidak control lagi. Dalam beberapa minggu terakhir
kaki dan badan mulai bengkak dan napas sesak sehingga di bawa ke RS untuk
opname tgl 25 Maret 2005 yang lalu.
D.
Riwayat kesehatan saat ini
Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal
25 maret 2005 dan dirawat di Unit Gawat Darurat, Keluhan masuk adalah karena
napas sesak, nyeri uluhati, kaki bengkak sudah satu minggu di rumah, bekerja
sedikit sudah capeh. Setelah dirawat di UGD akhirnya pasien di pindahkan ke
Ruang II Wanita tanggal 28 maret 2005. Saat pengkajian tanggal 31 maret 2005
klien mengatakan sudah tidak sesak lagi, kaki tidak bengkak lagi namun masih
rasa capeh, sering keringat dingin dan jantung kadang berdebar-debar.
E.
Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarganya banyak
yang menderita penyakit jantung. Orang tua laki-laki meninggal karena sakit
jantung,saudara dari bapak meninggal karena stroke, orang tua perempuan
meninggal karena tekanan darah tinggi, saudara dari orangtua perempuan
maninggal karena sakit ginjal dan saudara perempuan kedua meninggal di Bali
karena sakit jantung.
F.
Pola Nutrisi
Klien mengatakan di rumah makan
tiga kali sehari,menu yang dimakan antara lain nasi, sayur, ikan dan kadang
daging, begitu pula sekarang. Makanan yang disiapkan oleh Rumah Sakit selalu
dihabiskan. Tidak ada masalah dengan pola makan. Klien mengatakan sebelum sakit
senang minum kopi namun setelah sakit tidak minum lagi.
G.
Pola Eliminasi
Klien mengatakan saat masuk rumah
sakit kencing terasa sakit namun sekarang tidak ada lagi. Eliminasi alvi tidak
ada keluhan. Saat dikaji klien sedang terpasang kateter tetap.
H.
Personal Hygiene
Klien mengatakan tidak
mandi hanya dilap diatas tempat tidur. Personal higiene baik.
I.Aktifitas sehari-hari
Sehari hari klien bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Sejak mulai sakit klien tidak terlalu banyak kerja karena
kerja sedikit sudah rasa capeh. Saat ini kebutuhan klien dibantu diatas tempat
tidur.
J. Psikososial
Interaksi sosial : Kebiasaan
sehari-hari hubungan dengan keluarga dan tetangga baik. Kebiasaan saat ini
hubungan dengan perawat,dokter dan pasien lain baik. Pola toleransi terhadap
stres : Klien mengatakan jika ada masalah
selalu memecahkannya bersama suami, untuk keadaan sakit klien mengatakan
menerima keadaannya karena riwayat keluarga banyak yang menderita penyakit
jantung. Demikian juga suami dan anak-anak sehingga klien merasa tidak menjadi
suatu beban untuk dipikirkan. Spritual : Klien adalah penganut ajaran Kristen
protestan yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan biasa hari minggu ke gereja. Saat ini pasien
hanya dapat berdoa di tempat tidur.
K.
Pengkajian Fisik
·
Keadaan
kompos mentis, Glacow Scale (GCS) Refleks membuka mata : 4, bicara
: 5 dan motorik : 6.
·
Tanda-tanda
vital (TTV) Suhu : 36,5 oc, nadi :
96x/m, tekanan darah : 100/70 MmHg, Respiratori Rate (RR) : 18x/m.
·
pulmonal
dan cardiovaskuler nyeri, dispnoe, ronchi/rales dan kelainan bentuk dada tidak
ditemukan, peningkatan tekanan vena jugolaris tidak ditemukan. Ditemukan suara
galop positif. Saat perkusi jantung, bunyi pekak melebar ke daerah aksila
anterior.
·
Pada daerah
Abdomen :Asites, hepatomegali,
splenomegali, nyeri tekan,tidak ditemukan.
·
Kemampuan
pergerakan sendi ( Bebas). Tidak ada kelumpuhan.Klien tidak banyak bergerak
karena takut kelelahan atau sesak napas.
·
Ektremitas
: Tangan kanan terpasang infus. Oedem dan kelainan warna kulit tidak ditemukan.
Turgor kulit baik, Akral hangat dan kapilari reffil kurang dari 3 detik.
L.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
berupa :
Laboratorium : White Blood Cel ( WBC) : 5,9/mm3 , Red
Blood Cel (RBC) : 4,5 /mm3 , Haemoglobin
(HB) : 13,8g% ,Haematocrit (HCT): 42,2 mm, Platelet (PLT ) : 209 mm3,
Gula darah sesaat : 144 mg % Ureum : 21,63 mg. Kreatinin : 1,33 mg%. Electrocardiogram (ECG) :
Ditemukan adanya Left Ventrikel
Hypertropy (LVH) ,Rontgen Foto : Ditemukan adanya Cardiomegale.
M. Pengobatan yang diberikan
adalah
Lasix 2x 1 tab (40 Mg), Aspar K
2x1 ( 300 mg), Digoxin 2x ½ tab ( 0,25 mg), Laksadin 2x1 senduk makan.
2.8.2 ANALISA DAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Setelah data dikumpulkan maka
dilakukan analisa untuk menentukan masalah keperawatan. Data hasil pengkajian
diatas berupa :
DS
: Klien mengatakan masuk Rumah Sakit karena napas sesak dan badan bengkak
(bengkak pada kaki dan perut). Klien mengatakan cepat capeh kalau bekerja. Kaki
tangan sering terasa dingin dan berkeringat. Kadang jantung terasa
berdebar-debar.
DO: Pasien nampak lemah, Klien kelihatan
sangat berhati-hati dalam melakukan aktifitas (hendak bangun duduk di tempat
tidur atau duduk di kursi). Tanda-tanda Vital : Suhu 36,50C., Nadi 96 x/m kuat
dan teratur.,Tensi 100/70 MmHg, RR 18 kali permenit. Pada Auskultasi jantung
ada bunyi gallop.
Hasil
Rontgen Foto adanya Cardiomegali. Hasil ECG
: Left Ventrikel Hipertropy (LVH ) posisif.
Masalah
keperawatan :
1.
Cardiac
out put menurun b.d factor mechanical (Preload,After load, Kekuatan kontraksi
jantung)
DS : Klien mengatakan sudah pernah masuk rumah
sakit karena sakit jantung. Saat masuk Rumah Sakit dengan keluhan sesak
napas,bengkak pada kaki dan perut.
DO : Klien sedang terpasang kateter. Tidak
ditemukan oedema atau asites Hasil
Rontgen ada cardiomegali. Pada auscultasi ada bunyi gallop. Ureum 21,63 mg
Creatinine 1,33 mg %.
Masalah Keperawatan :
2.
Resti
kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap penurunan
perfusi glumerolus.
DS : Klien mengatakan jika bekerja/beraktifitas
cepat capeh dan sesak napas.
DO
: Klien kelihatan sangat berhati-hati dalam melakukan aktifitas (hendak bangun
duduk di tempat tidur atau duduk di kursi). Pasien Bedrest. Tangan kanan sedang
terpasang infuse Ringer laktat(RL). Sedang terpasang Kateter tetap.
Masalah
keperawatan :
3.
Intoleransi
aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output.
DS
: Klien mengatakan pernah masuk Rumah Sakit karena sakit jantung dan sekarang
adalah kali yang ketiga. Klien mengatakan akhir-akhir ini tidak ada kerja dan
hanya di rumah saja. Klien mengatakan sebelum sakit tidak pernah mengontrol
tekanan darahnya. Klien mengatakan sebelum sakit senang minum kopi dan kadang
kala membantu suami untuk perbaiki mobil.
DO: Klien nampak bingung dan menanyakan “ Saya
sakit jantung tapi tekanan darah saya
kok rendah ?”
Masalah
keperawatan :
4.
kurang
pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang
terpaparnya informasi.
Dari
analisa data di atas maka ditegakan diagniosa keperawatan dengan urutan
prioritas masalah yaitu prioritas pertama :
1.
Cardiac
out put menurun b.d factor mekanikal (preload, after load, Kekuatan kontraksi
jantung). Penurunan cardiac output diangkat menjadi prioritas pertama karena
masalah ini mengancam jiwa di mana volume darah yang di kirim oleh jantung ke
jaringan berkurang maka tubuh akan kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga akan
terjadi metabolisme yang an aerob dan dengan demikian akan terjadi iskemic
jaringan, berlanjut menjadi infark dan kematian jaringan. Hal ini berbahaya
jika terjadi pada organ-organ penting berupa jantung sendiri, ginjal, paru,
otak dan jaringan tubuh lainnya.
2.
Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi
natrium dan air sekunder terhadap perfusi ke glumerolus ginjal yang menurun
diangkat menjadi prioritas kedua karena masalah ini akan mengancam
kesehatan.Cairan yang berlebihan dalam tubuh sebagai dampak dari penahanan
garam (sodium) dan peningkatan absorbsi air dalam tubulus ginjal mengakibatkan
volume cairan dalam vaskularisasi meningkat. Hal ini akan berdampak pada peningkatan
venus return sehingga akan menambah beban kerja jantung.
3.
Masalah
keperawatan yang ketiga adalah Intoleransi aktivitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap
penurunan cardiac output. Masalah ini diangkat menjadi prioritas penanganan
yang ke tiga Karena masalah ini jika
tidakditangani dengan baik maka akan mengancam kesehatan. Alasannya adalah jika
klien beraktifitas melampaui batas toleransi dimana akan terjadi penggunaan
energi yang lebih besar maka akan menambah beban kerja jantung. Sementara
kondisi saat ini jantung tidak mampu melakukan fungsinya secara maksimal. Pacu
jantung meningkat akan memperburuk keadaan.
4.
Masalah kurang pengetahuan tentang proses penyakit
dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi menjadi prioritas yang
ke empat untuk ditangani. Karena kurang
pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan akan menimbulkan
sikap, prilaku dan tindakan baik dari pasien sendiri maupun keluarga dimana
akan mengakibatkan kondisi sakit pasien menjadi lebih berat.
2.8.3 PERENCANAAN/INTERVENSI
·
Untuk
diagnosa 1 tujuannya adalah :
Adanya
peningkatan Cardiac Output yang adekuat untuk kebutuhan tubuh.
Kriteria evaluasinya adalah :
Setelah
dilakukan perawatan 2-3 hari klien tidak mengeluh sesak napas, RR dalam batas
normal (18-20 x/m), Kaki dan tangan hangat, tidak mengeluh berdebar-debar,
tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu 36-37,5oC, Nadi 80-100x/m, dan tensi
< 140/90 MmHg.
Rencana
tindakannya adalah :
Ø
Monitor
tanda-tanda vital ( tensi, nadi, RR,suhu), catat bunyi jantung.
Rasionalnya
adalah : Tacicardi dan perubahan tekanan darah menunjukan kegagalan kompensasi
jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Ø
Kaji
kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasionalnya
: Pucat/sianosis menunjukan tidak adekuatnya perfusi jaringan.
Ø
Pantau intake out put.(Jumlah intake cairan dan
produksi urin).
Rasionalnya
:Ginjal berespons pada penurunan curah jantung dengan menahan natrium dan air
sehingga urine akan berkurang.
Ø
Berikan
suasana tenang dan biarkan pasien istirahat yang cukup dengan posisi kepala
agak lebih tinggi.
Rasionalnya
: istirahat fisik harus dipertahankan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi
jantung dan menurunkan kebutuhan
konsumsi oksigen miocard. Posisi kepala lebih tinggi memudahkan
pengambilan oksigen lebih maksimal.
Ø
Beri
obat sesuai order ( digoxin).
Rasionalnya
: Digoksin meningkatkan kontraksi jantung dengan demikian fungsi pompa akan
diperbaiki.
·
Diagnosa
Ke-2, tujuannya :
adanya keseimbangan
cairan dalam tubuh ( Balance antara intake dan output )
Kriteria
hasilnya adalah :
Dalam
waktu 2-3 hari tidak ada keluhan sesak napas dengan RR 18-20x/m.Tidak ada
oedema anasarca. Intake dan output cairan seimbang. Tidak ada peningkatan
tekanan JVP, JVP dalam batas normal 2-4 cm. Bunyi paru bersih tak ada bunyi rales/ronchi.
Rencana
tindakannya :
Ø
Pantau
eliminasi urin catat jumlah dan warna, pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran selama 24 jam.
Rasionalnya
: ketidakseimbangan antara intake dan haluaran mengindikasikan adanya retensi.
Ø
Kaji
distensi Vena jugolaris dan catat adanya oedema.
Rasionalnya
: Peninggian JVP dan adanya oedema menunjukan adanya retensi air dan garam yang
menimbulkan penimbunan cairan dalam tubuh dan kegagalan jantung kanan.
Ø
Auskultasi
bunyi paru, catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatan dispnoe.
Rasionalnya
: Rales dan dispnoe menunjukan adanya oedema paru.
Ø
Rawat
kateter.
Rasionalnya
: Kateter juga sebagai media invasi kuman.
Ø
Anjurkan
untuk hindari intake garam.
Rasionalnya
: Sifat garam adalah mengikat cairan sehingga mempermudah terjadi oedema.
Ø
Kolaborasi
pemberian obat diuretic.
Rasionalnya
: Obat diuretic membantu mengatasi oedema.
·
Diagnosa
keperawatan ke-3, tujuannya adalah :
Adanya peningkatan aktifitas
sebatas toleransi tanpa kelelahan.
Kriteria
evaluasi :
Setelah
dilakukan perawatan selama 2-3 hari klien dapat ke kamar mandi, WC dengan bantuan
minimal (sekedar pengawasan). Klien dapat bangun duduk tanpa sesak dan rasa
lelah.
Rencana
tindakannya adalah :
Ø
Kaji
dan monitor kemampuan aktifitas pasien.
Rasionalnya
: Sebagai data untuk intervensi selanjutnya.
Ø
Tingkatkan
istirahat, batasi pengunjung.
Rasionalnya
: Dengan adanya pengunjung akan terjadi perbincangan yg panjang membuat waktu
istirahat pasien tidak maksimal.
Ø
Anjurkan
pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengedan saat defikasi.
Rasionalnya :Aktivitas yg memerlukan menahan napas dan
menunduk (valsalva –manufer) dapat menurunkan curah jantung.
·
Untuk
diagnosa keperawatan yang ke-4,
tujuannya adalah :
Adanya peningkatan pengetahuan tentang proses penyakit dan upaya pemeliharaan
kesehatan.
Kriteria
evaluasi : Setelah diberikan penyuluhan + 25 menit klien dan keluarga mampu
menyebutkan kembali pengertian dari gagal jantung, etiologi, faktor pencetus,
upaya penanganan dan upaya pencegahannya.
Rencana
tindakannya :
Ø
Memberikan
pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab, factor pencetus dan upaya
penanganan kesehatan pada pasien dengan gagal jantung.
Rasionalnya
: Dengan peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga maka mereka dapat aktif
dalam upaya penanganan kesehatan dirinya
sendiri dan keluarga.
2.8.4
PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 31
maret 2005.
·
Untuk
diagnosa 1à cardiac output menurun berhubungan dengan factor
mekanikal (Preload,After load, Kekuatan kontraksi jantung)
Ø
Jam
08.15 Wita monitor TTV dengan hasil Suhu 36,5oc,Nadi 96x/m, Tensi 100/60
MmHg.RR 18x/m. auskultasi bunyi jantung gallop positif Mengkaji kulit dan kuku
tidak ada sianosis.
Ø
Jam
09,45 Wita : Membuang urin dalam urobag dan membuat catatan balance cairan.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga untuk mencatat atau melaporkan jumlah air
yang diminum. Menjelaskan pada pasien
untuk membatasi aktifitas dan istirahat saja di tempat tidur dan hindari
gerakan yang banyak mengeluarkan energi. Menganjurkan pada keluarga untuk
meletakan barang kebutuhan pasien di dekat pasien.
Ø
Jam
10,50 Wita : Mengatur posisi tidur pasien dengan kepala lebih tinggi. Anjurkan
pada keluarga agar semua kebutuhan pasien dilayani di tempat tidur temasuk
BAK/BAK.
Ø
Jam
18.00 Wita, melayani obat oral Digoxin 0,25 mg,Aspar K 300 mg.(dilakukan oleh
dinas sore).
·
Untuk
diagnosa ke-2 à keperawatan resiko tingggi
(resti) kelebihan volume cairan b.d
retensi natrium dan air sekunder terhadap penurunan perfusi glumerolus.
Ø
Jam
11.30 Wita : Mengosongkan urobag dan membuat catatan balance cairan. Aff Infus
dengan alasan cairan merembes. Kaji distensi vena jugular dengan hasil 3 Cm dan
tak ada bendungan.
Ø
Jam
11,50 Wit Auskultasi paru tak ada rales, suara napas bersih. Menganjurkan pada
pasien dan keluarga untuk tidak makan
makanan yang asin-asin. Merawat kateter.
Ø
Jam
18.00 wita memberikan obat minum Lasix 40 mg oral(Oleh petugas sore).
·
Diagnosa
keperawatanke-3 à Intoleransi aktifitas b.d lemah,
letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output.
Ø
Jam
08 .15 Wita. Menanyakan keadaan pasien dengan hasil; pasien dapat ke kamar
mandi namun perlu di tuntun dan pendampingan keluarga. Menjelaskan pada
keluarga untuk membatasi kunjungan agar pasien dapat istirahat. Anjurkan untuk
meletakan barang kebutuhan pasien dalam jarakyang bisa dijangkau tanpa
mengeluarkan tenaga yang banyak.
Ø
Jam
10.15 Wita. Ajarkan pasien, bila hendak bangun duduk sebaiknya miring badan
kesah satu sisi dan tangan yang lain menekan tempat tidur sebagai tahanan untuk
bangun. Anjurkan keluarga untuk mendampingan pasien.
·
Untuk
diagnosa ke-4 àkeperawatan Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi.
Ø
Jam
10.30 wita : Membuat kontrak waktu dengan pasien dan keluarga untuk penyuluhan
besok tanggal 1 april 2005.
Tanggal
1 April 2005.
Ø
Jam
07.15 wita, menyiapkan bahan penyuluhan, mempersiapkan sasaran penyuluhan : memberitahu pasien dan
keluarga untuk bersabar dan mendengar penyuluhan tentang penyakit gagal
jantung.
Ø
Jam
09.15 wita Memberikan penyuluhan penyakit gagal jantung berupa : Menjelaskan
apa itu penyakit gagal jantung, menjelaskan tentang penyebab gagal jantung dan
prosesnya sampai menimbukan jantung gagal pompa, menjelaskan tentang
factor-faktor pencetus, menjelaskan tentang bagaimana upaya penanganan pada
saat terjadi serangan/timbul gejala, menjelaskan bagaimana upaya pencegahan dan
penanganan kesehatan agar tidak terjadi gagal jantung,.
2.8.5
EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan maka
dilakukan evaluasi pada tanggal 1 april
2005. Tgl 1-4- 2005. Jam 07.00 Wita.
·
Untuk
diagnosa ke-1àCardiac out put menurun
berhubungan dengan factor mekanikal (preload, after load, kekuatan kontraksi
jantung).
S : Klien mengatakan agak lebih enak namun
kadang jantung rasa agak berdebar.
O
: Klien nampak segar,bersih,namun nampak
takut untuk bangun dan duduk dikursi.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
·
Untuk
diagnosa ke-2à resti kelebihan volume cairan
b.d retensi natrium dan air sekunder
terhadap penurunan perfusi glumerolus. Jam 07.15 Wit.
S: Klien mengatakan minum air sejak kemarin sore
sampai pagi ini 1000 cc.,Napas tidak sesak,klien mengatakan tangan basah karena
air infus.
O: Produksi urine 24 Jam 2150cc
intake/24 jam 2100 cc, Kateter masih terpasang, infuse basah merembes.
A.
Masalah teratasi sebagian.
P.
Aff Infus dan lanjutkan intervensi lainnya.
·
Diagnosa keperawatan intoleransi aktifitas b.d lemah,
letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output. Jam 08.15 Wita
S: Klien mengatakan masih lemah tapi rasalebih
enak dari kemarin.
O: Pasien nampak duduk sambil baca koran,
kateter masih terpasang.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi lanjut.
·
Untuk
diagnosa ke-4à keperawatan kurang pengetahuan
tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya
informasi. Tgl 31 maret 2005. Jam 12.30 Wit.
S: Klien mengatakan besok suami
dan dua orang anak akan hadir utk mendengarkan penyuluhan.
O:
Nampak pasien membuat pesanlewat anaknya yang mau. pulang rumah.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Siapkan bahan untuk penyuluhan. tanggal 1 April 2005.
Setelah
penyuluhan tanggal 1 april 2005
dilakukan evaluasi dengan hasil
S: Audiens ( pasien, keluarga dan
keluarga dari pasien lain) mengatakan mengerti dengan jelas apa yang
dijelaskan.
O:
Audiens dapat menjawab pertanyaan evaluasi dengan benar.
A:
Masalah teratasi.
P: Intervensi penyuluhan dihentikan dan beri
penjelasan tentang hal-hal yang perlu untuk persiapan pulang.
BAB 3
KASUS
3.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
KLIEN
·
Nama : Ny. O. K
·
Umur : 29 Tahun
·
Jenis Kelamin : Perempuan
·
Alamat : Pinamorongan Jaga II
·
Status
Perkawinan : Menikah
·
Agama : Kristen Protestan
·
Suku : Minahasa
·
Pendidikan : SLTP
·
Pekerjaan : IRT
·
Tgl MRS :
4 Agustus 2012
·
Tgl Pengkajian :
·
Sumber Informasi : Pasien,
Keluarga, Ahli Medis
·
No. Rekam Medis : 00.32.80.04
C.
RIWAYAT KESEHATAN
·
Keluhan Utama
Perut membesar dan sesak bila berbaring
terlentang.
·
Riwayat Keluhan
Utama
Perut pasien membesar dialami sejak ± 7
hari lalu, perut pernah masuk rumah
sakit Kandou tetapi karena kurang biaya maka pasien pulang. Saat penderita
kembali untuk periksa kesehatan di poliklinik jantung, petugas kesehatan
menyarankan untuk masuk rumah sakit.
·
Riwayat Penyakit
Dahulu
Pasien sejak 2 tahun lalu mengidap
penyakit jantung
·
Riwayat Penyakit
Sekarang
Bila pasien berjalan 1-2 blok dan naik
1 tangga pasien merasa sesak seperti di tindih beban berat, serta perutnya
membesar.
·
Psikososial
Pasien perokok tapi berhenti sejak 2
tahun lalu setelah mengetahui penyakitnya.
·
Riwayat
spiritual
Pasien perecaya kepad Tuhan dan
menyerahkan segala pergumulan kepada Tuhan.
D.
Aktivitas Sehari-Hari
·
Nutrisi
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT/DIKAJI
|
1.
Selera Makan
2.
Menu Makanan
3.
Frekwensi Makan
4.
Makanan Yang Disukai
5.
Pembatasan Pola Makan
6.
Cara Makan
7.
Ritual Saat Makan
|
Baik
Nasi,
lauk pauk
3 kali
dalam sehari
Nasi
uduk
-
Biasa
Bersama
keluarga
|
Kurang
baik
Bubur/ makan lunak
4 kali sehari
-
Makanan yang keras
Dibantu keluarga
-
|
·
Cairan
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT/ DIKAJI
|
1. Jenis minuman
2. Frekwensi minum
3. Kebutuhan
cairan
4. Cara
pemenuhan
|
Air mineral, the, kopi
7 gelas sehari
|
|
·
Eliminasi
(BAB&BAK)
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT/DIKAJI
|
1.
Tempat pembuangan
2.
Frekwensi (waktu)
3.
Konsistensi
4.
Kesulitan
5.
Obat pencahar
|
Wc
1 kali dalam 1 hari
-
Sewaktu waktu
Obat yang dibeli diwarung
|
Wc RS
I kali dalam 2 hari
-
-
-
|
·
Istirahat dan Tidur
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SETELAH SAKIT/DIKAJI
|
1.
Jam tidur
-siang
-malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum tidur
4. Kesulitan tidur
|
|
|
·
Olahraga
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT/DIKAJI
|
1.
Program olaharaga
2.
Jenis dan frekwensi
3. Kondisi
setelah olahraga
|
Jalan sehat
3 kali dalam semiggu
Badan terasa segar
|
Jalan sehat
4 kali dalam semiggu
-
|
·
Personal Hygiene
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT
SAKIT/DIKAJI
|
1.
Mandi
-cara
-frekwensi
-alat mandi
2.
Cuci rambut
-cara
-frekwensi
3.
Gunting kuku
-cara
-frekwensi
4.
Gosok gigi
-cara
-frekwensi
|
Mandi biasa
2 kali sehari
Sabun ,shampo,
Menggyur seluruh rambut
3 kali dalam seminggu
Menggunting
dengan alat
1 kali dalam seminggu
menggunakan
pasta gigi
2 kali sehari
|
L
mengunakan handuk basah
2
kali dalam satu hari
-Sabun,
lap basah
-
-
-
-
Menggunakan
pasta gigi
2 kali dalam sehari
|
·
Aktivitas /Mobilitas Fisik
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT/DIKAJI
|
1.
Kegiatan sehari-hari
2.
Pengaturan jadwal harian
3.
Penggunaan alat bantu
4.
Kesuliatan pergerakan tubuh
|
|
|
·
Rekreasi
KONDISI
|
SEBELUM SAKIT
|
SAAT SAKIT/DIKAJI
|
1.
Waktu luang
2.
Perasaan setelah rekreasi
3.
Waktu senggang keluarga
4.
Kegiatan hari libur
|
Cengkrama bersama kel
Senang
Pada malam hari
Bekerja
seperti biasanya
|
-
-
-
|
E. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN I
·
KU :
Sedang, KES : CM
·
TTV :
td : 90/50 R = 24x/m, N=80x/m N : 36.5
·
TINGGI BADAN :
·
BERAT BADAN (SEBELUM & MASUK RS)
B. PEMERIKSAAN II
·
Kepala
-warna
rambut : hitam -berketombe
: (ya/tidak)
-mudah
rontok : (ya/tidak) -penyebaran :
(menyebar/tidak)
-kesimetrisan : (ya/tidak) -alopesia (-/+)
-bentuk
kepala : (bulat/lonjong) -berbau : (-/+)
Palpasi : nyeri tekan (-/+) -benjolan (-/+)
·
Wajah
-pergerakan
wajah : (kaku/tidak) -acne
: (-/+)
-ekspresi
: (rileks/meringis) -tremor : (-/+)
-pigmentasi
: (-/+)
·
Mata
-kelopak
mata
: {merah muda,oedema : (-/+}
-sklera : {putih ikterus : (-/+)}
-congjuntiva
: {anemis, (-/+)}
-Pupil
dan refleks : (-/+)
-visus
:
-tekanan
bola mata :
·
Hidung dan Sinus
-nasal
septum : (tegak lurus/ tidak)
-Membran
mukosa : (kemerahan -/+)
-Obstruksi
: (-/+)
-sinus
frontalis : (nyeri/tidak)
-sinus
maksilaris : (nyeri/tidak)
·
Telinga
-bentuk
: (simetris -/+)
-daun
telinga : {warna( )
lesi(-/+)}
-liang
telinga : {serumen (-/+), otore (-/+),
peradangan (-/+)
-pendengaran
: (baik/tidak)
·
Mulut
-bibir
=bentuk : (simetris/tidak), kondisi :
(kering/lembab), lesi (-/+)
-mukosa mulut
= warna: (sianosis/merah), tekstur
(lembut/kasar), lesi (-/+)
-gusi
=warna : (merah muda), perdarahan :
(-/+)
=perdarahan (-/+)
·
Geligi
=jumlah (caries
+,tanggal,gigipalsu)
=warna
·
Lidah
=warna (beslag -/+)
=tekstur
(kasar/halus)
=tremor
(ya/tidak)
·
Palatum
=warna
=kontur
=gerakan
(-/+)
·
Tonsilar
=ukuran
(To,T1,T3,T4) kiri/kanan
=warna
(merah/pucat
=eksudat
(+/+)
PALPASI
·
Pipi
-nyeri
tekan/tidak
-pembekakan
(-/+)
·
Palatum
-pembekakan
-fisura
·
Lidah
-nyeri
tekan (-/+)
-pembekakan
(-/+)
-massa
(-/+)
VII.
leher
Inspeksi
·
Warna kulit
·
Pembekakan (-/+)
·
Tiroid (pembesaran -/+
Palpasi
·
Kelenjar limfe
-keadaannya
-lokasinya
·
Kelenjar tiroid
·
Letak trakhea
·
Kaku kuduk -/+
VII.thoraks
dan paru
Inspeksi
·
bentuk tulang belakang
·
bentuk dada normal 1:2/ barel
chest/funel chest/pigeon chest)
·
kesimetrisan dada,postur dan pergerakan
thorax saat inspirasi dan ekspresi
·
irama pernapasan (teratur/datar/tdk
teratur)
·
jenis pernapasan (thoraccabdominal)
1. palpasi
·
massa -/+
·
nyeri tekan
·
pengembagan thorax.........paru-paru
·
vokal premitus
2. perkusi
·
diatas
dada pada masing-masing
3. aulkutasi
·
bunyi sura napas (normal/crakles or
rales/wheezing/ronchi)
IX.
JANTUNG
Inspeksi
Getaran
di atas dada pada masing-masing area
Palpasi
Terhadap
getaran pada masing-masing area
-aorta
-/+
-pulmonal
-/+
-trukuspidalis
-/+
-mitral
-/+
-ictus
cordis -/+
Perkusi
Bunyi
perkusi di atas permukaan jantung
Auskultasi
a.BJ
1....
b.
BJ II ......
X.
Abdomen
Inspeksi
a.kulit
-warna
-karateristik
permukaan
-jaringan
perut -/+
-lesi
b.
umbilikus
-letak
(memusat/tidak)
-kontur
( menonjol/cekung)
Palpasi
Setiap
kuadran
a.lemas,abdomen.......
b.nyeri
tekan,-/+
c.nyeri
lepas -/+
d.massa
hepar
(metode satu tangan)
a.teraba/tidak
b.bila
teraba (padat,/lembek,halus/kasar,nyeri/tidak nyeri tekan)
Limpa
a.teraba/tidak
b.nyeri
tekan/
Perkusi(
semua kuadran)
a.tympani
b.pekak
batas
hepar
a.rentang
hepar
b.batas
atas pd intercostal
Limpa
a.batas
b.pekak
Lambung
a.tympani
b.pekak
Auskultasi
a.bising
usus -/+
XI.
Genetalia dan anus
Inspeksi
-merah/radang...
-meatus
uretra(wanita).......
-orifisium
uretra (pria).......
-cairan
yang keluar...
-hernia...
-terpasang
daur kateter/tidak
Palpasi
-hemoteroid
eksternal...
-hemoroid
internal
XI. Ekstremitas
A.ekstremitas
atas
Inspeksi
-simetris
-/+
-oedema-/+
-lesi-/+
-tremor-/+
-keringat
-/+
-kekuatan
pada setiap sendi
B.
ekstremitas bawah
inspeksi
-simetris
-/+
-oedema
-/+
-lesi
-/+
-tremor
-/+
-keringat
-/+
-kekutan
pada setiap sendi
C.kulit
Inspeksi
-warna
-turgor
kulit
-kelembaban
-tekstu
-lesi
-/+
-suhu
(dengan punggung kaki)
d.kuku
inspeksi
-bentuk
kuku
-warna
kuku
-lekukan
XIII.pemeriksaan
penunjang
tanggal
|
Jenis
pemeriksaan
|
hasil
|
Nilai normal
|
interprestasi
|
8-8-2012
|
Bilrubin
Bilirubin
direct
Leukosit
Eritrosit
Ht
Tc
Cro
Vr
SGOT
SGPT
Natrium
Kalium
Klorida
|
3.97
2.58
5400
12.5
38
231
7
21
53
6
166
4.45
109
|
0,00-1,20 mg/d
0,05-0,3 mg/dl
4.00 -11.00 H 10³/mm³
4.60 (4.10–5.10)
40 (36–45)
0-40
0-40
136-155 mmol/dl
3,5-5,5 mmol/dl
95-103 mmol/dl
|
Lebih
Normal
Normal
Kurang
Normal
Lebih
Lebih
Lebih
Normal
Lebih
|
XIV.therapi/pengobatan
Tanggal
|
Pemberian obat
|
Nama obat
|
Dosis
|
Frekwensi
|
Jam
|
4-8-2012
5-8-2012
6-8-2012
7-8-2012
8-8-2012
|
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
Oral
|
Furosemid
Spironolacton
Digoxin
Doner
Simach
Curcuma
Furosemid
Spironolacton
Digoxin
Doner
Simach
Curcuma
Donperidon
Furosemid
Spironolacton
Digoxin
Doner
Simach
Curcuma
Donperidon
Furosemid
Spironolacton
Digoxin
Doner
Simach
Curcuma
Donperidon
Furosemid
Spironolacton
Digoxin
Doner
Simach
|
40 mg
100 mg
0.25 mg
40 mg
100 mg
0.25 mg
40 mg
100 mg
0.25 mg
40 mg
100 mg
0.25 mg
40 mg
100 mg
0.25 mg
|
1-1-0
1-1-0
1-0-0
3 x 1
0-0-1
3 x 1
1-1-0
1-1-0
1-0-0
3 x 1
0-0-1
3 x 1
3 x 1
1-1-0
1-1-0
1-0-0
3 x 1
0-0-1
3 x 1
3 x 1
1-1-0
1-1-0
1-0-0
3 x 1
0-0-1
3 x 1
3 x 1
1-1-0
1-1-0
1-0-0
3 x 1
0-0-1
|
15.00, 07.00
15.00, 07.00
07.00
15.00, 07.00, 23.00
23.00
15.00, 07.00, 23.00
15.00, 07.00
15.00, 07.00
07.00
15.00, 07.00, 23.00
23.00
15.00, 07.00, 23.00
15.00, 07.00, 23.00
15.00, 07.00
15.00, 07.00
07.00
15.00, 07.00, 23.00
23.00
15.00, 07.00, 23.00
15.00, 07.00, 23.00
15.00, 07.00
15.00, 07.00
07.00
15.00, 07.00, 23.00
23.00
15.00, 07.00, 23.00
15.00, 07.00, 23.00
15.00, 07.00
15.00, 07.00
07.00
15.00, 07.00, 23.00
23.00
|
G.Analisa data
Data
|
Penyebab/etiologi
|
Masalah
|
1.
DS: pasien mengeluh Sesak napas
DO:
pasien sesak napas
2.
DS: pasien mengeluh adanya bengkak diperut
DO:
perut pasien bengkak
3.
Ds :
Do
: pasien tidak tahu tentang penyakitnya
|
Tekanan
jantung kiri
↓
Sirkulasi ke
paru naik
↓
Cairan
mencapai bronkhiolus
↓
Edema paru
↓
Sesak napas
Aliran ke
ginjal, kulit, usus naik
↓
Urin output
turun
↓
Retensi
natrium dan air
↓
Kelebihan
cairan
Pendidikan Sltp
↓
Kurang
pengetahuan
|
Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian
ventrikel kiri, peningkatan atrium dan kongesti vena.
kelebihan volume cairan b.d retensi
natrium dan air sekunder terhadap penurunan perfusi glumerolus.
kurang pengetahuan tentang proses
penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi
|
Diagnosa
Keperwatan 1 :
Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan
atrium dan kongesti vena.
Tujuan :
Stabilitas hemodinamik dapat dipertahanakan dengan kriteria : (TD > 90 /60),
Frekwensi jantung normal.
Kriteria : Setelah
dilakukan perawatan 2-3 hari klien tidak mengeluh sesak napas, RR dalam batas
normal (18-20 x/m), Kaki dan tangan hangat, tidak mengeluh berdebar-debar,
tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu 36-37,5oC, Nadi 80-100x/m, dan tensi
< 140/90 MmHg.
Intervensi
Monitor tanda-tanda
vital ( tensi, nadi, RR,suhu), catat bunyi jantung.
Rasionalnya
adalah : Tacicardi dan perubahan tekanan darah menunjukan kegagalan kompensasi
jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasionalnya
: Pucat/sianosis menunjukan tidak adekuatnya perfusi jaringan.
Pantau
intake out put.(Jumlah intake cairan dan produksi urin).
Rasionalnya
:Ginjal berespons pada penurunan curah jantung dengan menahan natrium dan air
sehingga urine akan berkurang.
Berikan suasana tenang dan biarkan pasien
istirahat yang cukup dengan posisi kepala agak lebih tinggi.
Rasionalnya
: istirahat fisik harus dipertahankan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi
jantung dan menurunkan kebutuhan
konsumsi oksigen miocard. Posisi kepala lebih tinggi memudahkan pengambilan
oksigen lebih maksimal.
Beri
obat sesuai order ( digoxin).
Rasionalnya
: Digoksin meningkatkan kontraksi jantung dengan demikian fungsi pompa akan
diperbaiki.
Implementasi
Tgl
pelaaksanaan 8-8-2012
Memonitor
tanda-tanda vital td : 90/70, n : 75x/m, r : 20x /m, s : 36.5x/m (pada jam
07.30)
Mengkaji
kulit terhadap pucat dan sianosis.
memberikan
suasana tenang dan biarkan pasien istirahat yang cukup dengan posisi kepala
agak lebih tinggi.
memberi obat sesuai order (
digoxin) 0.25 mg jam
07.00
Diagnosa ke-2
tujuan :
adanya keseimbangan cairan dalam tubuh (
Balance antara intake dan output ).
Kriteria
hasilnya adalah : Dalam waktu 2-3 hari
tidak ada keluhan sesak napas dengan RR 18-20x/m.Tidak ada oedema anasarca.
Intake dan output cairan seimbang. Tidak ada peningkatan tekanan JVP, JVP dalam
batas normal 2-4 cm. Bunyi paru bersih
tak ada bunyi rales/ronchi.
Intervensi :
Pantau eliminasi urin catat jumlah dan warna,
pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasionalnya
: ketidakseimbangan antara intake dan haluaran mengindikasikan adanya retensi.
Kaji distensi Vena jugolaris dan catat adanya
oedema.
Rasionalnya
: Peninggian JVP dan adanya oedema menunjukan adanya retensi air dan garam yang
menimbulkan penimbunan cairan dalam tubuh dan kegagalan jantung kanan.
Auskultasi bunyi paru, catat bunyi tambahan,
catat adanya peningkatan dispnoe.
Rasionalnya
: Rales dan dispnoe menunjukan adanya oedema paru.
Anjurkan
untuk hindari intake garam.
Rasionalnya
: Sifat garam adalah mengikat cairan sehingga mempermudah terjadi oedema.
Implementasi
memantau
eliminasi urin catat jumlah dan warna, pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran selama 24 jam
mengkaji
distensi Vena jugolaris dan catat adanya oedema.( Tekanan jvp normal dan tidak
ada oedema)
mengauskultasi
bunyi paru, catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatan dispnoe(paru vbs
+/+, rh-/-, wh-/-)
menganjurkan
untuk hindari intake garam.
Diagnosa ke -3
Tujuan: Adanya peningkatan pengetahuan tentang proses
penyakit dan upaya pemeliharaan kesehatan.
Kriteria evaluasi : Setelah diberikan penyuluhan + 25 menit
klien dan keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian dari gagal jantung,
etiologi, faktor pencetus, upaya penanganan dan upaya pencegahannya.
Rencana tindakan :
berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab,
factor pencetus dan upaya penanganan kesehatan pada pasien dengan gagal
jantung.
Rasionalnya : Dengan peningkatan pengetahuan pasien dan
keluarga maka mereka dapat aktif dalam upaya penanganan kesehatan dirinya sendiri dan keluarga.
Implementasi :
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab,
factor pencetus dan upaya penanganan kesehatan pada pasien dengan gagal jantung.
Evaluasi
Dx 1
S : Pasien mengatakan sudah tidak sesak
napas
O:
Respirasi mulai normal 20x/m
A: Masalah teratasi
P:
-
Dx 2
S : pasien mengeluh adanya bengkak
diperut
O: perut pasien bengkak (asites)
A:
belum teratasi
P : lakukan intervensi
DX 3
S
:
O:
Pasien mengatakan mengerti
dengan penyakitnya
A: Masalah teratasi
P: -
KESIMPULAN
Decompensasi
cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran
darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad ramali.1994)
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan
fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung
(Tabrani, 1998; Price, 1995).
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah
keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan
kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti
regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada
keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas
miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomiyopati.
Faktor lain
yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan
ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan ejeksi
ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh
penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi
tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer,
atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil.
SARAN
Setiap penderita gagal jantung harus secara rutin
memeriksakan diri ke dokter guna mengontrol tekanan darah. Selain itu,
diharapkan dapat menjalani terapi obat maupun diet. Selain itu, masyarakat atau
siapa saja diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah,Edisi 8,Jakarta ; Penerbit buku kedokteran EGC.
Carpenito.L ,2001,Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8,Jakarta,Penerbit
Buku Kedokteran,EGC.
Doenges M, 2000,Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 ,Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran AGC.
Jota.Santa, 1989, Diklat Kuliah Penyakit Jantung,Devisi Kardiologi
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Univ.Hasanudin,Ujung Pandang.
Marry M.Cannibi, 1990,Cardiovasculer Disorders,Toronto ;
Mosby year book.
Noer.Sjaifoellah,Dkk 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
,Edisi ke 3, Jakarta, Penerbit Balai penerbit FKUI.
Sutomo.Muhamad, 2003, Pedoman Diagnosis Dan Therapy Ilmu
Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah, Edisi 3 ,Lab/SMF Ilmu penyakit jantung dan
pembuluh darah Fakultas Kedokteran Unifersitas Airlangga RSUD Dr.Soetomo,
Surabaya.
Sylvia.Price & L.Wilson,1994,Pathofisiologi,Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit,Edisi 4, Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tambayong.Jan, 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran SGC.
http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/07/askep-decompensasi-cordis.html
http://rumahkitabro.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-decompensasi-cordis.html
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut dipanjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena hanya berkat dan penyertaan-Nya,sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, dengan judul”
Decompensasi Cordis “
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 dari
dosen Jon W.Tangka,M.Kep,Ns,Sp,KMB. Selain itu,untuk memberitahukan kepada
seluruh mahasiswa,khususnya mahasiswa keperawatan Poltekkes Kemenkes Manado,
tentang Decompensasi Cordis.
Dalam
penulisan makalah ini,kelompok banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun,karena adanya bimbingan ,arahan dan panduan dari berbagai pihak,sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.untuk itu penyusun
menyampaikan terima kasih kepada Jon W.Tangka,M.Kep,Ns,Sp,KMB, selaku dosen
pengajar Keperawatan Medikal Bedah 1,yang telah membekali kelompok,dengan
pengetahuan selama kelompok mengikuti
perkuliahan.selain itu kepada teman-teman sanggota kelompok yang telah memberikan dorongan dan nasihat
kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
Dengan
berpegang bahwa “tak ada gading yang tak retak”,maka kelompok menyadari bahwa
makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan.oleh karna itu,saran dan kritikan
yang bersifat membangun ,sangatlah penulis harapkan guna untuk menyempurnakan
makalah ini.
Akhirnya,
kelompok berharap biarlah makalah ini dapat berguna bagi pembaca, terlebih
sebagai masukkan dalam mengerti dan mengetahui lebih dalam lagi mengenai
Decompensasi Cordis.
Manado
, Agustus 2012
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang Masalah
Ruang lingkup
Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pngertian
Etiologi
Patofisiologi
Klasifikasi
Tanda dan Gejala
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Contoh kasus
BAB III KASUS
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH 1
DECOMPENSASI
CORDIS